5 Imbauan Terkini BMKG soal Cuaca hingga Potensi Bencana Alam di Indonesia

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan sejumlah pernyataan terkini terkait cuaca di Indonesia.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 14 Sep 2021, 13:52 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2021, 13:52 WIB
Hujan
Hujan mengguyur wilayah Kota Bandung pada Jumat (14/8/2020). BMKG memprediksi potensi hujan akan terjadi di musim kemarau. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan sejumlah pernyataan terkini terkait cuaca di Indonesia.

Salah satunya, sebanyak 23 provinsi di Indonesia diprediksi BMKG akan mengalami hujan lebat di atas 50 milimeter (mm) per hari.

BMKG juga telah menetapkan siaga potensi banjir khusus di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Senin 13 September 2021.

BMKG memprakirakan hujan lebat di atas 50 mm per hari berpotensi terjadi di antaranya di Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Selain cuaca, BMKG juga mengingatkan masyarakat dan pemerintah daerah Pacitan untuk siap dengan skenario terburuk gempa dan tsunami.

Hal tersebut dilakukan untuk menghindari dan mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami yang mengintai pesisir selatan Jawa akibat pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.

"Berdasarkan hasil penelitian, di Pantai Pacitan memiliki potensi tsunami setinggi 28 meter dengan estimasi waktu tiba sekitar 29 menit. Adapun tinggi genangan di darat berkisar sekitar 15-16 meter dengan potensi jarak genangan mencapai 4 - 6 kilometer dari bibir pantai," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tulis, Senin 13 September 2021.

Berikut sederet imbauan terkini BMKG terkait cuaca dan potensi bencana alam di Indonesia dihimpun Liputan6.com:

 

1. 23 Provinsi Berpotensi Hujan Lebat

Ilustrasi hujan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis, bahwa wilayah Jawa Barat masih berada dalam puncak musim hujan sehingga peningkatan intensitas curah hujan masih kerap terjadi.

Sebanyak 23 provinsi di Indonesia diprediksi akan mengalami hujan lebat di atas 50 milimeter (mm) per hari.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah menetapkan siaga potensi banjir khusus di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Senin 13 September 2021.

BMKG memprakirakan hujan lebat di atas 50 mm per hari berpotensi terjadi di Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Kemudian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua pada Senin, 13 September 2021.

Potensi banjir seiring prakiraan tingginya potensi curah hujan juga dapat terjadi di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimatan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat dan Papua.

 

2. Siaga Potensi Banjir di Jateng dan Jatim

BMKG Minta Publik Waspada Cuaca Ekstrem
Warga menggunakan payung saat hujan mengguyur kawasan Jakarta, Senin (3/2/2020). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis informasi peringatan dini cuaca ekstrem yang diperkirakan berlangsung hingga Rabu (5/2/2020) mendatang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

BMKG menetapkan siaga potensi banjir khusus untuk wilayah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Selain itu, BMKG juga memprakirakan wilayah di Provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Timur, Kalimantan Utara dan Kalimantan Selatan berpotensi mengalami angin kencang berkecepatan 45 kilometer (km) per jam.

Potensi hujan disertai kilat atau petir juga dapat terjadi di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Lalu Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara. Selain itu, potensi kebakaran hutan dan lahan juga dapat terjadi di Nusa Tenggara Timur.

 

3. Pacitan Diintai Tsunami

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat dan pemerintah daerah Pacitan untuk siap dengan skenario terburuk gempa dan tsunami.

Hal tersebut dilakukan untuk menghindari dan mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami yang mengintai pesisir selatan Jawa akibat pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.

"Berdasarkan hasil penelitian, di Pantai Pacitan memiliki potensi tsunami setinggi 28 meter dengan estimasi waktu tiba sekitar 29 menit.

Adapun tinggi genangan di darat berkisar sekitar 15-16 meter dengan potensi jarak genangan mencapai 4 - 6 kilometer dari bibir pantai,” beber Dwikorita dalam keterangan tulis, Senin 13 September 2021.

Dwikorita menyebut, dengan skenario tersebut maka masyarakat yang berada di zona bahaya perlu berlatih rutin utk melakukan langkah evakuasi mandiri bila mendapatkan Peringatan Dini Tsunami maksimum 5 menit setelah gempa terjadi.

Masyarakat, khususnya yang berada di wilayah pesisir pantai harus segera mengungsi ke dataran yang lebih tinggi jika merasakan guncangan gempa yang besar.

"Untuk masyarakat yang berada di pantai, tidak perlu menunggu perintah, aba-aba, atau sirine, segera lari karena waktu yang dimiliki hanya sekitar 29 menit, sedangkan jarak tempat yang aman yang lebih tinggi cukup jauh," ujarnya.

Dwikorita mengatakan, yang namanya skenario artinya masih bersifat potensi yang bisa saja terjadi atau bahkan tidak terjadi. Namun demikian, masyarakat dan pemerintah daerah harus sudah siap dengan skenario terburuk tersebut.

Artinya, lanjut Dwikorita, jika masyarakat dan pemerintah daerah siap, maka jumlah korban jiwa maupun kerugian materi dapat diminimalisir. Dengan skenario terburuk ini, kata dia, pemerintah daerah bersama-sama masyarakat bisa lebih maksimal mempersiapkan upaya mitigasi yang lebih komprehensif.

"Jika masyarakat terlatih maka tidak ada istilah gugup dan gagap saat bencana terjadi. Begitu gempa terjadi, baik masyarakat maupun pemerintah sudah tahu apa-apa saja yang harus dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas tersebut," tegas dia.

Dwikorita menegaskan, hingga saat ini tidak ada satu pun negara di dunia yang bisa memprediksi kapan terjadinya gempa dan tsunami secara tepat dan akurat. Lengkap dengan perkiraan tanggal, jam, lokasi, dan magnitudo gempa.

"Semua masih sebatas kajian yang didasarkan pada salah satunya adalah sejarah gempa di wilayah tersebut," kata dia.

Sementara itu, BMKG memberi rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk menyiapkan dan menambah jalur-jalur evakuasi lengkap dengan rambu-rambu di zona merah menuju zona hijau.

Mengingat luasnya zona bahaya (zona merah) dan padatnya pemukiman penduduk, maka Pemerintah Daerah harus lebih cermat dan tepat dalam memperhitungkan jumlah dan lokasi jalur evakuasi yang diperlukan.

Pertimbangannya adalah jarak lokasi tempat evakuasi, waktu datangnya gelombang genangan tsunami, kelayakan jalur, serta menyiapkan mekanisme dan sarana prasarana evakuasi secara tepat.

Pemerintah daerah, lanjut Dwikorita, juga perlu mempersiapkan secara khusus sarana dan prasarana evakuasi bagi kelompok lanjut usia (lansia) dan difabel. Selain itu, masyarakat juga harus terus diedukasi mengenai potensi bencana dan cara menghadapinya.

"Saya rasa perlu juga disiapkan semacam Tempat Evakuasi Sementara (TES) ataupun Tempat Evakuasi Akhir (TEA) sebagai tempat penampungan khusus bagi warga yang mengungsi dengan ketersediaan stock/cadangan logistik yang memadai," pungkas dia.

 

4. Jakarta Waspada Banjir

Banjir di Green Garden dan Jelambar Jakarta Barat
Pengendara mendorong motor yang mogok melintasi banjir di kawasan Green Garden, Jakarta Barat, Selasa (5/3). Banjir di kawasan tersebut disebabkan curah hujan tinggi, luapan air karena rob, dan air kiriman dari Bogor. (merdeka.com/Arie Basuki)

BMKG memprediksi akan terjadi hujan lebat di sejumlah daerah termasuk Jakarta dari periode 13-20 September 2021. Karena itu, pihaknya meminta untuk mewaspadai dampak banjir akibat hal tersebut.

"Berdasarkan Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak (IBF-Impact Based Forecast) BMKG, potensi dampak bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang dan atau tanah longsor dari cuaca ekstrem hingga tiga hari ke depan yakni tanggal 15 September 2021 untuk level SIAGA," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto dalam, Selasa (14/9/2021).

Dia menerangkan, hal itu disebabkan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin yang terpantau aktif di wilayah Indonesia hingga seminggu ke depan.

"MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah aktif yang dilewatinya," jelas Guswanto.

Fenomena MJO dan gelombang Kelvin bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-40 hari pada MJO, sedangkan pada Kelvin skala harian. Sebaliknya, fenomena Gelombang Rossby bergerak dari arah Samudera Pasifik ke arah Samudra Hindia dengan melewati wilayah Indonesia.

"Sama halnya seperti MJO maupun Kelvin, ketika Gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia maka dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah indonesia," jelas dia.

Selain itu, lanjut Guswanto terbentuknya belokan maupun pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dapat mengakibatkan meningkatnya potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.

Suhu muka laut dan anomali suhu muka laut juga terpantau masih hangat di sebagian besar perairan di Indonesia, yang mendukung peningkatan suplai uap air sebagai sumber pembentukan awan-awan hujan. "Kondisi tersebut juga didukung oleh masih tingginya kelembaban udara di sebagian besar wilayah di Indonesia hingga seminggu ke depan," kata dia.

 

5. Ada 27 Wilayah Berpotensi Terjadi Hujan Lebat

BMKG Minta Publik Waspada Cuaca Ekstrem
Seorang pria duduk sambil menggunakan payung saat hujan mengguyur kawasan Jakarta, Senin (3/2/2020). Diperkirakan sejumlah wilayah berpotensi diguyur hujan dengan intensitas lebat hingga disertai dengan angin kencang, kilat/petir hingga Rabu (5/2/2020) mendatang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

BMKG juga memprakirakan potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir/angin kencang dalam periode 13-20 September 2021 terdapat di provinsi:

1. Aceh

2. Sumatra Utara

3. Sumatra Barat

4. Bengkulu

5. Riau

6. Kep. Riau

7. Jambi

8. Sumatra Selatan

9. Kep. Bangka Belitung

10. Lampung

11. Banten

12. Jawa Barat

13. DKI Jakarta

14. Jawa Tengah

15. Yogyakarta

16. Jawa Timur

17. Kalimantan Barat

18. Kalimantan Tengah

19. Kalimantan Timur

20. Kalimantan Utara

21. Sulawesi Tengah

22. Sulawesi Barat

23. Sulawesi Utara

24. Maluku Utara

25. Maluku

26. Papua Barat

27. Papua

Cuaca Ekstrem, Jakarta Siaga Banjir Besar?

Infografis Cuaca Ekstrem, Jakarta Siaga Banjir Besar? (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Cuaca Ekstrem, Jakarta Siaga Banjir Besar? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya