Ucapan Puan soal Generasi Milenial Harus Mencintai Sejarah Indonesia Diapresiasi

Menurutnya, belajar sejarah lebih dari sekadar mengetahui tanggal, bulan dan tahun sebuah peristiwa.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Okt 2021, 18:51 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2021, 15:27 WIB
Ketua DPR RI Puan Maharani
Ketua DPR RI Puan Maharani meninjau vaksinasi Covid-19 di permukiman padat penduduk Kalideres. (Foto: Istimewa).

Liputan6.com, Jakarta Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan sejarah dan kebudayaan. Namun, dewasa ini, Indonesia dihadapkan pada persoalan rendahnya minat generasi milenial terhadap sejarah. Sejarah kerap kali dianggap sebagai hal yang membosankan dan tidak menarik.

Adanya perkembangan zaman yang begitu pesat, sejarah seperti dilupakan dan disangkal. Banyak yang berpikiran, sejarah identik dengan belajar masa lalu. Pasalnya, sejarah berperan penting dalam pendidikan generasi milenial.

"Pelajaran sejarah bagi milenial harus menjadi sesuatu yang wajib, karena di tangan milenial itulah yang dapat memegang masa depan bangsa. Maka, sejarah perlu dipelajari agar masa lalu tidak terulang kembali dan kejayaan masa lalu dapat dihadirkan kembali di masa depan," kata Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Sumardiansyah Perdana Kusuma dalam keteranganya di Jakarta.

Menurutnya, belajar sejarah lebih dari sekadar mengetahui tanggal, bulan dan tahun sebuah peristiwa. Namun, kita akan mendapat manfaat berharga jika mampu menggali esensi dan makna dibalik peristiwa sejarah.

Masa depan Indonesia bergantung pada pemahaman generasi muda, maka mengetahui sejarah bangsa termasuk upaya memajukan bangsa dan negara di masa mendatang.

"Di era globalisasi dan kecanggihan teknologi yang futuristik ini, tidak seharusnya menjadikan generasi milenial lupa akan pentingnya memahami perjalanan sejarah. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa cinta sejarah salah satunya dengan memanfaatkan daya kreativitas di media sosial," ujar Sumardiansyah.

Hal ini, lanjut dia, sejalan dengan pernyataan Ketua DPR Puan Maharani yang mengimbau seluruh masyarakat Indonesia untuk selalu menanamkan prinsip 'jas merah' atau jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Ini adalah semboyan terkenal yang diucapkan oleh Sukarno dalam pidatonya pada HUT Republik Indonesia 17 Agustus 1966.

Menurut Puan, prinsip jas merah memang dikenalkan oleh Presiden Sukarno dan berlaku sepanjang masa. Menurutnya, bangsa yang besar bisa selalu belajar dari masa lalunya. Hal ini termasuk mengakui kekurangan dan berani untuk melakukan perbaikan demi masa depan yang semakin baik.

 

Sejarah Itu Proses Pembelajaran

Mengenang sejarah, menurut Puan, bukan hanya tentang meromantisasi serta melakukan glorifikasi kebaikan di masa lalu, tetapi juga bagaimana masa jaya yang pernah ada dapat terulang atau dipertahankan. Sejarah adalah proses pembelajaran bagi generasi saat ini dan di masa mendatang yang diberikan oleh pendahulu kita.

Masyarakat Indonesia sepakat dengan semboyan Puan Maharani yang mengatakan bahwa generasi muda tidak boleh melupakan sejarah. Negara dan bangsa ini didirikan di masa lalu, sehingga mengetahui masa lalu dalam kontek berbangsa dan bernegara menjadi sangat penting.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya