Liputan6.com, Jakarta - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo mengatakan, ancaman gelombang ketiga Covid-19 varian Omicron adalah nyata. Namun, dia memastikan bahwa pemerintah siap menghadapi gelombang ketiga Covid-19.
"Pemerintah telah siap menghadapi gelombang ketiga Covid-19 varian Omicron. Bahkan sebelum terjadinya transmisi lokal dan lonjakan kasus," kata Abraham dikutip dari siaran persnya, Sabtu (5/2/2022).
Advertisement
Baca Juga
Dia menyebut, saat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan Omicron sebagai Variant of Concern pada 26 November 2021, pemerintah telah sigap dan cepat memperketat karantina untuk pelaku perjalanan luar negeri. Misalnya, dengan memperpanjang masa karantina menjadi 14 hari.
"Berkat keberhasilan karantina tersebut kita bisa belajar karakteristik Omicron dengan lebih baik dari negara lain. Sehingga kita lebih tahu apa yang harus disiapkan," kata dia.
Menurut dia, pemerintah pun melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan lonjakan kasus. Mulai dari, menyiapkan testing, tracing, bed, tempat isolasi, oksigen, obat, telemedisin, dan vaksin.
"Per minggu lalu, testing mencapai 351.442 per hari, tracing 10,87 rasio kontak erat, dan kesiapan bed dinaikkan dari 82.168 menjadi 150.000 tempat tidur. Untuk Isolasi terpusat ada 76.636 unit," tutur Abraham.
Vaksinasi Covid-19
Abraham menyampaikan, ada 318 juta lebih dosis vaksin yang disiapkan untuk program vaksinasi. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan hampir 80 juta obat-obatan untuk menghadapi gelombang Omicron.
"Obat-obatan itu, Favipiravir sekitar 25 juta lebih, Remdesivir hampir 1 juta injeksi, Molnupiravir 200 ribuan kapsul, dan multivitamin sekitar 52 ribu sekian," ujar dia.
Abraham juga mengingatkan pentingnya kesadaran masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, mengurangi mobilitas, dan suntik vaksin. Hal ini agar masyarakat terhindar dari penyebaran Covid-19 varian Omicron.
"Vaksin terbukti mengurangi keparahan bila terkena Omicron. Jadi jangan ragu divaksin," ucap Abraham.
Advertisement
Warga Diminta Tak Panik
Di samping itu, dia meminta masyarakat tidak panik berlebih dan memprioritaskan rumah sakit bagi yang mengalami gejala berat, kritis, lansia, dan komorbid. Kendati memiliki tingkat penularan yang tinggi, fatalitas varian Omicron lebih rendah dari varian Delta.
"Saya ingatkan sekali lagi, karakteristik Omicron berbeda dari Delta. Memang Tingkat penularannya lebih tinggi. Tapi keparahan lebih ringan," tutur Abraham.