BMKG: Hujan Es Berpotensi Terjadi hingga Maret-April 2022

BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem berupa puting beliung, hujan es, hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang.

oleh Yopi Makdori diperbarui 22 Feb 2022, 12:47 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2022, 12:46 WIB
Hujan Es
Sebagian besar wilayah Kota Surabaya, Jatim, selama dua hari terakhir diterpa hujan lebat disertai butiran es atau hujan es. (Liputan6.com/Dhimas Prasaja)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, fenomena hujan es masih bisa terjadi di sejumlah wilayah Indonesia pada periode Maret-April 2022.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyampaikan, bukan hanya hujan es, pada bulan-bulan ke depan ancaman cuaca ekstrem masih mengintai wilayah-wilayah di Tanah Air.

"Mengingat potensi cuaca ekstrem berupa puting beliung, hujan es, hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang masih dapat terjadi hingga Maret-April mendatang, maka BMKG memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya potensi cuaca ekstrem tersebut," kata Guswanto dalam keterangan tulis, Selasa (22/2/2022).

"Serta dampak yang dapat ditimbulkan berupa bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, jalan licin, pohon tumbang, dan lain-lain," sambung dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pemicu Hujan Es

Hujan es mengguyur sejumlah wilayah di Surabaya. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
Hujan es mengguyur sejumlah wilayah di Surabaya. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Guswanto menjelaskan, fenomena hujan es merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal dan ditandai dengan adanya jatuhan butiran es yang jatuh dari awan serta dapat terjadi dalam periode beberapa menit.

Fenomena hujan es dapat terjadi karena dipicu oleh adanya pola konveksi di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan. Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan konvektif jenis Cumulonimbus (Cb) yang umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi yang menandakan bahwa adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut.

"Sehingga dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar. Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan CB atau yang dikenal dengan istilah downdraft," jelas dia.

Downdraft ini dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar yang terbentuk di puncak awan Cb tersebut turun ke dasar awan hingga keluar dari awan dan menjadi fenomena hujan es.

Kecepatan downdraft dari awan Cb yang signifikan dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara.

"Bahkan ketika sampai jatuh ke permukaan bumi pun masih dalam berbentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es," pungkasnya.


Hujan Es di Sejumlah Wilayah

Penampakan hujan es di Cianjur (Achmad Sudarno/Liputan6.com)
Penampakan hujan es di Cianjur (Achmad Sudarno/Liputan6.com)

Seperti diketahui, kejadian cuaca ekstrem berupa fenomena hujan es telah terjadi dalam sepekan ini. Hujan es ini terjadi Surabaya, Lampung, Bekasi, dan wilayah lainnya.

Kejadian tersebut disertai juga dengan hujan intensitas lebat dalam durasi singkat yang disertai kilat/petir dan angin kencang.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya