Ahli BMKG Beberkan Penyebab Hujan Es Surabaya yang Bikin Atap Rumah Warga Jebol

Hujan es ekstrem melanda Surabaya dalam waktu yang lama. Apa pemicunya?

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 22 Feb 2022, 09:58 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2022, 09:58 WIB
Hujan Es
Sebagian besar wilayah Kota Surabaya, Jatim, selama dua hari terakhir diterpa hujan lebat disertai butiran es atau hujan es. (Liputan6.com/Dhimas Prasaja)

Liputan6.com, Jakarta - Hujan es atau dalam ilmu meteorologi disebut hail, merupakan fenomena alam terjadinya presipitasi atau kandungan kelembapan udara yang berbentuk cairan atau bahan padat, seperti salju dan hujan. Salah satu proses pembentukannya adalah melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas level beku.

Es yang terbentuk dengan proses itu biasanya berukuran besar. Ukuran yang besar itu membuat butiran es tidak semuanya mencair, meski turun ke suhu yang lebih rendah. 

Proses lain yang dapat menyebabkan hujan es adalah pembekuan, di mana uap air lewat dingin tertarik ke permukaan benih-benih es. Karena terjadi pengembunan yang tiba-tiba sehingga akhirnya terbentuklah es dengan ukuran yang besar.

Senin kemarin (21/2/2022) sebagian wilayah Jawa Timur, dilanda hujan es dalam waktu yang cukup lama. Hujan es yang ekstrem tersebut bahkan membuat rumah warga di Surabaya jebol. 

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pemicu Hujan Es

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan fenomena hujan es di Jawa Timur dipicu pola konvektifitas massa udara dalam skala lokal-regional yang signifikan.

"Hujan es umumnya dapat terjadi dari sistem awan kumulonimbus yang menjulang tinggi dengan kondisi labilitas udara yang signifikan, sehingga dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar," ujar Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin.

 

 


Fenomena Downdraft

Miming menjelaskan fenomena downdraft yang kuat (aliran massa udara turun dalam sistem awan) yang terjadi di sistem awan kumulonimbus, terutama pada saat fase matang, dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar dalam sistem awan kumulonimbus tersebut, kemudian turun hingga ke dasar awan hingga keluar dari awan menjadi fenomena hujan es.

"Kecepatan downdraft dari awan kumulonimbus tersebut cukup signifikan, sehingga dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara, bahkan sampai jatuh ke permukaan bumi masih dalam bentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es," ujar Miming.

 


Angin Kencang

Miming menjelaskan fenomena angin kencang yang terjadi biasanya juga beriringan dengan adanya fenomena hujan es. BMKG mengimbau hingga Maret-April mendatang, masyarakat diminta waspada terhadap kemungkinan terjadinya potensi cuaca ekstrem, seperti hujan es, puting beliung (waterspout), hujan lebat disertai petir dan angin kencang.

Sebelumnya, ​​​​​​fenomena alam berupa hujan es bersamaan dengan hujan deras dan disertai angin kencang terjadi di sejumlah wilayah di Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin sore. Fenomena hujan es juga dilaporkan terjadi di wilayah Madiun, Nganjuk hingga Kediri.


Atap Rumah Warga Jebol

Berdasarkan pantauan Liputan6.com, beberapa tempat di Surabaya yang dilanda hujan es di antaranya, Lakarsantri, Wiyung, Manukan, Kebraon, Wonokromo, hingga Tandes. Bahkan rumah seorang warga di daerah Wiyung atapnya jebol kejatuhan hujan es.

Hal senada juga disampaikan warga Tubanan Baru, Kelurahan Karang Poh, Kecamatan Tandes, Lilin Andriani yang mengatakan, hujan es ini terjadi sekitar pukul 14.00 WIB. Ia mengaku kaget dengan fenomena hujan es di rumahnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya