Liputan6.com, Jakarta - Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar (Gus Halim) terus mendorong keterlibatan civitas akademika perguruan tinggi dalam percepatan pembangunan desa. Bahkan Gus Halim siap mengajak para mahasiswa blusukan ke wilayah transmigrasi untuk mengetahui berbagai capaian, kendala, dan tantangan dalam pembangunan desa.
“Nanti akhir tahun 2022 ini, saya minta dibantu dari Pak Rektor, Warek, dan Ketua LPPM untuk menentukan 10-15 mahasiwa yang memenuhi syarat untuk saya ajak ke wilayah transmigrasi untuk lebih tahu kondisi transmigrasi hari ini. Utamanya nanti wilayah transmigrasi di daerah perbatasan. Biar tahu kondisi warga kita di perbatasan,” ujar Gus Halim saat memberikan kuliah umum tentang peran mahasiswa dalam membangun desa kepada 525 mahasiswa baru di Kampus UNUSIA, Bogor, Jawa Barat, Jumat 9 September 2022.
Baca Juga
Gus Halim mengatakan, masih banyak pekerjaan rumah dalam pembangunan desa, daerah tertinggal, maupun daerah transmigrasi di Indonesia. Menurutnya berbagai agenda pembangunan desa, daerah tertinggal dan transmigrasi tersebut membutuhkan peran aktif civitas akademika perguruan tinggi, termasuk dari kalangan mahasiswa.
Advertisement
“Kita yang hidup di Jawa ini harus bersyukur dengan berbagai akses dan kesempatan yang kita miliki termasuk kuliah di UNUSIA ini. Akses dan kesempatan ini rata-rata masih belum bisa dinikmati oleh saudara-saudara kita yang tinggal di desa-desa di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T),” ujar dia dalam keterangannya.
Progres Pembangunan Desa
Dia mengatakan banyak progres pembangunan desa saat ini terutama dengan kian jelasnya target pembangunan desa yang terangkum dalam SDGs Desa. Dengan adanya SDGs Desa pembangunan di wilayah perdesaan tidak melulu persoalan infrastruktur semata, tetapi juga ada fokus pada pengembangan kualitas sumber daya manusia.
“Saat saya menjabat Ketua DPRD Jombang dan Jawa Timur, kalau ngomong pembangunan desa yang dibahas infrastruktur saja. Tidak dibahas bagaimana SDM-nya, bagaimana kesehatannya bagaimana air bersihnya, bagaimana perhatian terhadap lingkungan ini hampir tidak pernah dibahas, yang dibahas bagaimana jalan, bagaimana kemudian irigasi. Itu tidak salah, itu sesuatu yang benar, tetapi harus ada kerangka makro yang jelas mau dibawa ke mana sih desa-desa di Indonesia ini,” urainya.
Dengan SDGs Desa, lanjut Gus Halim, identifikasi masalah dan alternatif solusi di masing-masing desa akan terumuskan dengan baik. Ada 18 tujuan dalam SDGs Desa dengan ratusan indikator yang memastikan kejelasan target pembangunan desa di antaranya desa tanpa kemiskinan, desa tanpa kelaparan, desa tanpa kesenjangan, dan desa sehat sejahtera.
"Dengan SDGs Desa ini kita tidak ingin di desa-desa ada kelaparan, ada gizi buruk, ada siswa yang tidak sekolah, ada warga yang tidak mendapatkan akses pendidikan dan lain sebagainya. Upaya perwujudan SDGs Desa ini kita harapkan dikaji betul termasuk oleh UNUSIA," katanya.
Advertisement
Bentuk SDGs Desa Center
Gus Halim pun meminta UNUSIA segera membentuk SDGs Desa Center, seperti yang sudah dilakukan oleh perguruan tinggi negeri maupun swasta yang lain. Hal ini supaya kemitraan, kerja sama antara Kemendes PDTT dengan UNUSIA itu menjadi lebih terkomunikasikan, lebih terstruktur dan lebih tertata.
“Dalam waktu dekat, saya minta di UNUSIA segera dibentuk SDGs Desa Center biar enggak kalah sama-sama perguruan tinggi-perguruan tinggi lain,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Gus Halim memberikan bantuan beasiswa kepada mahasiswa dari kawasan transmigrasi di UNUSIA. Mereka adalah siswa yang lolos dari program penjaringan siswa berprestasi di kawasan transmigrasi (PPSBKT). Beasiswa tersebut adalah wujud layanan jaminan pendidikan bagi putra-putri transmigran yang berprestasi di permukiman dan kawasan transmigrasi.
“27 mahasiswa kita kasih beasiswa, dengan satu syarat, setelah lulus harus kembali ke daerah asalnya untuk terlibat dalam percepatan pembangunan desa,” ujarnya.