Panglima TNI Beberkan Penyebab Lolosnya Praktik Ekspor Hasil Tambang Ilegal

Yudo menyinggung penyebab masalah yang dihadapi jajarannya di lapangan, dalam memberantas praktik eksportasi hasil tambang ilegal.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Feb 2023, 04:20 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2023, 04:20 WIB
Panglima TNI dan Kapolri Pimpin Apel Operasi Lilin 2022 di Monas
Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono (kiri) dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat mengecek pasukan dalam apel Operasi Lilin 2022 di Monas, Jakarta, Kamis (22/12/2022). Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan mengatakan Operasi Lilin 2022 digelar selama 11 hari. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menyatakan akan melakukan evaluasi terhadap jajarannya di lapangan, khususnya di wilayah perbatasan yang menjadi jalur rawan praktik eksportasi hasil tambang ilegal.

"Nanti kita cek (kondisi di lapangan), karena saya yakin perbatasan sudah kita perketat di mana ini lolosnya (ekspor hasil tambang ilegal)," kata Yudo usai Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri, di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/2/2023).

Lantas, Yudo menyinggung penyebab masalah yang dihadapi jajarannya di lapangan, dalam memberantas praktik eksportasi hasil tambang ilegal. Karena, kerap kali para eksportir tambang memiliki dokumen izin yang nyatanya ekspor tersebut dilarang.

"Ini kan kadang-kadang kalau memang aparat yang berwenang memberikan ada dokumen ekspornya ini yang sulitnya," tutur Yudo.

Namun saat ini, Yudo menegaskan sesuai perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memeriksa seluruh praktik ekspor hasil tambang agar produknya tidak barang mentah. Maka penjagaan di lapangan akan lebih mudah seperti menjaga dari ekspor kelapa sawit waktu dulu.

"Kalau yang dulu yang ekspor yang kelapa sawit waktu itu diperintahkan berhenti. Itu berhenti semua gak ada alasan mau ada suratnya atau nggak berhenti, perintah presiden," jelasnya.

"Jadi itu tentunya warning seperti ini akan kita cek di lapangan kalau mereka tentunya kalau ada surat. Ya nanti dulu jangan berangkat dulu, kita koordinasikan lagi. Perintah presiden seperti ini ya," terangnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Perketat Penjagaan di Perbatasan

Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono (Nur Habibie/Merdeka.com)
Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono (Nur Habibie/Merdeka.com)

Dengan aturan larangan barang tambang mentah, Yudo menyampaikan kedepan akan memperketat perbatasan yang kerap menjadi jalur ekspor ilegal tambang. Dimulai dari pengecekan hilir atau dari darat hingga nanti ke masuk ke laut untuk proses pengiriman.

"Tentunya dari daratan dulu dicek dulu apabila ada penguatan kapal dicek dulu, surat-surat dokumennya, kalau sampai lolos dicegat di laut, dan diperiksa surat-suratnya. Aturannya kan nggak boleh (mentah), kalo nggak boleh jangan sampai berangkat mereka kalau aturannya demikian. Semua kan dimulai pasti dari darat kan tambangnya dari darat ini," jelasnya.


Perintah Jokowi

Momen Jokowi Kumpulkan Kapolres Seluruh Indonesia di Istana
Presiden Joko Widodo memberikan arahan kepada jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/10/2022). Pertemuan dihadiri oleh 559 personil Polri yang terdiri dari pejabat utama Mabes Polri, Kapolda, serta Kapolres. (Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta TNI dan Polri ikut memberantas praktik eksportasi hasil tambang ilegal. Karena jika praktik itu masih berlangsung akan mengganggu proses industrialisasi akan terganggu.

“Kalau ekspor Ilegal misalnya, timah itu masih berjalan. Bauksit masih ada, batu bara masih ada, sehingga penerimaan negara menjadi sangat berkurang karena itu. Proses industrialisasi menjadi terganggu, dan tugas TNI dan Polri ada di situ," ujar Jokowi, Rabu (8/2/2023).

Sehingga untuk keamanan di perairan Indonesia, Jokowi yakin TNI AL dan Polair sudah paham atas apa yang harus dilakukan.

"Kalau di laut ya polisi air, Bakamla, TNI AL misalnya dan saya kira sudah mengerti lah apa yang harus dilakukan, tanpa harus saya jelaskan detail semuanya," tutur Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya