Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum (Ketum) PSSI, Erick Thohir, berkomitmen menciptakan dunia sepak bola Indonesia jadi lebih bersih dari sebelumnya. Pasalnya, baru dua bulan mengisi posisi sebagai orang nomor satu di PSSI sudah mulai melakukan gebrakan yang nyata.
Baca Juga
Mulai dari mencegah praktik match fixing, permasalahan suporter, hingga terbaru mengusulkan agar dilakukan audit terhadap keuangan PSSI pasca polemik bonus juara Liga 1 BRI musim 2022-2023.
Advertisement
Pengamat Sepak Bola R.N Bayu Aji mengatakan, gerak cepat Erick Thohir tersebut dilakukan untuk membuktikan komitmennya mewujudkan sepak bola yang bersih dan transparan.
Menurutnya, dalam dunia sepak bola aksi pengaturan skor atau match fixing ini menjadi penyakit berbahaya hingga perlu ada langkah tegas untuk dimusnahkan dari sepak bola nasional, karena bisa merusak sepak bola Indonesia.
“Dalam sepak bola pengaturan skor harus dihilangkan karena akan mengurangi sportivitas dalam pertandingan. Selain itu akan membuyarkan pola pembangunan klub dan pemain bola. Mereka berlatih dan bekerja keras tiap hari demi menghadapi pertandingan atau kompetisi akan menjadi tak berarti,” kata Bayu Aji kepada wartawan, Sabtu (22/4/2023).
Untuk itu, Bayu Aji meminta Erick Thohir selaku orang nomor satu di PSSI perlu menyiapkan regulasi untuk memperjelas dan mempertegas aturan hukum bagi para pelaku, sehingga jika sudah terdeteksi, bisa segera diproses dan ditindak tegas tanpa pandang bulu.
“Oleh sebab itu, langkah Erick Thohir untuk menerapkan hukuman tegas terhadap match fixing harus sungguh-sungguh diwujudkan dan diterapkan,” tegasnya.
Dikatakan Bayu Aji, persoalan kerusuhan suporter, PSSI diminta untuk melakukan kajian mendalam dengan melibatkan ahli untuk mendeteksi potensi konfik yang terjadi di lapangan. Sebab, dalam beberapa kasus, kemarahan suporter terjadi karena melihat adanya ketidakadilan dalam pertandingan.
Oleh karena itu PSSI, lanjut Bayu Aji, juga tidak boleh menjaga jarak dengan suporter karena keberadaan suporter adalah subjek aktif menjadi salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam sepak bola dan PSSI.
“Menurut saya sebelum memutuskan untuk menghukum klub dengan pengurangan akibat ulah suporter dilakukan dengan kajian mendalam. Suporter juga merupakan subyek aktif dalam proses perubahan yang perlu diajak untuk berjalan bersama klub dan PSSI untuk saling membangun menjadi lebih baik lagi. Suporter berulah bukan karena keinginan suporter, bisa jadi karena ada ketidakberesan dalam sebuah pertandingan sepak bola,” ucapnya.
Kurangi Poin Klub yang Suporternya Rusuh
Bayu Aji setuju dengan usulan Erick Thohir untuk mengurangi poin klub yang suporternya rusuh, tetapi ia mendorong PSSI sebagai induk federasi sepak bola Indonesia memiliki peran penting dalam melakukan mitigasi atau pencegahan agar hal itu tidak terjadi.
“Terkait efektivitas aturan-aturan di Eropa ke Liga Indonesia akan bergantung dari ketegasan PSSI untuk menerapkan peraturan,” jelasnya.
Belajar dari pengalaman, kata lelaki asal Surabaya itu, Erick Thohir perlu belajar dari kasus para pendahulunya, dimana sudah beberapa kali PSSI terdahulu mengeluarkan aturan untuk menertibkan suporter, tetapi aturan tersebut kembali dicabut karena tidak ada ketegasan untuk diterapkan.
“Kita sudah seringkali melihat PSSI (dahulu) memberikan hukuman tetapi dicabut lagi, melarang suporter seumur hidup akan tetapi karena sulit diterapkan akhirnya dicabut,” ungkapnya.
“Satu hal lagi penguatan liga dan kompetisi juga bisa dilakukan PSSI melalui financial fairplay supaya ada perlakuan yang lebih adil dalam membangun sepak bola yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, usai musim Liga 1 BRI 2022-2023 Ketua Umum PSSI Erick Thohir sedang menggodok dan mengusulkan beberapa kebijakan di tubuh PSSI, dari kesejahteraan, memberantas pelaku match fixing baik wasit, pemain hingga klub dengan hukuman larangan bertanding seumur hidup untuk wasit dan pemain hingga pengurangan poin buat klub.
Advertisement