Telat Ditangani, Pasien DBD di RSUD Bekasi Meninggal Dunia

Pasien yang meninggal dunia merupakan usia anak-anak yang sudah mengalami infeksi DBD atau Dengue Shock Syndrome (DSS).

oleh Bam Sinulingga diperbarui 24 Agu 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2023, 20:00 WIB
Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD)
Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD). (Photo by FotoshopTofs on Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Satu pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSUD dr Chasbullah Abdulmadjid (CAM) Kota Bekasi, Jawa Barat, dikonfirmasi meninggal dunia karena telat mendapat penanganan.

Direktur Utama RSUD CAM Kota Bekasi, Kusnanto mengatakan pasien yang meninggal merupakan usia anak-anak yang sudah mengalami infeksi DBD atau Dengue Shock Syndrome (DSS).

"Keterlambatan merujuk sehingga masuk ke ruang intensive care anak-anak atau PICU, dan satu yang meninggal tidak tertolong," kata Kusnanto kepada awak media, Kamis (24/8/2023).

DSS sendiri merupakan komplikasi DBD yang tak segera mendapatkan penanganan. Syndrome yang kerap menyerang anak-anak usia di bawah 10 tahun ini memiliki risiko kematian tinggi.

Kusnanto menyebutkan, gejala penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini nyaris serupa dengan penyakit lainnya. Hal ini yang kerap lambat disadari sehingga pasien DBD telat ditangani dan berujung kematian.

"Untuk DBD sama lah gejalanya seperti malaria, chikungunya, misalnya demam, sakit kepala hebat disertai mual. Kan ada masa inkubasi DBD. Nah untuk memastikan itu harus pemeriksaan laboratorium yang lengkap," jelasnya.

Kusnanto mengklaim, jumlah kasus DBD yang ditangani pihaknya tahun ini cenderung mengalami penurunan sebesar 33 persen, dengan mayoritas pasien usia anak-anak.

"Data dari bulan Mei sampai Agustus, baru sekitar 148 pasien DBD yang dirawat. Tahun lalu dari bulan Mei sampai Agustus sekitar 463 pasien. Mudah-mudahan ini penurunan terus, ini menjadi prestasi buat Kota Bekasi," imbuhnya.

 


Masyarakat Diimbau Jaga Kebersihan

FOTO: Fogging Pemukiman Padat Penduduk Cegah DBD
Petugas melakukan pengasapan (fogging) untuk memberantas perkembangbiakkan nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) di pemukiman padat penduduk, Jakarta, Rabu (18/5/2022). Menghadapi musim pancaroba yang menjadi perkembangbiakkan nyamuk Aedes Agypty penyebab penyakit DBD, warga melakukan fogging di wilayah padat penduduk. (Liputan6.com/JohanTallo)

Untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk, Kusnanto mengimbau masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan. Terlebih di tengah cuaca panas ekstrem saat ini, perkembangbiakan nyamuk terbilang sangat cepat.

"Tempat-tempat lembab harus dibersihkan. Ini kan cuacanya juga mengalami panas yang cukup ekstrem sehingga ini menyebabkan nyamuk berkembang biak dengan baik. Apalagi Aedes Aegypti bisa dikatakan beraktivitas di pagi hari," tandasnya.

Kasus DBD di Kota Bekasi sebelumnya sempat mengalami tren peningkatan sejak memasuki musim penghujan atau tepatnya mulai Januari 2023.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi mencatat jumlah pasien DBD per Juni 2023 mencapai 749 orang, dengan satu pasien balita meninggal dunia.

Pada Januari 2023, tercatat ada 145 kasus DBD, Februari 134 kasus, Maret 123 kasus, April 119 kasus dan Mei melonjak menjadi 180 kasus. Mayoritas pasien DBD adalah remaja usia 18 tahun ke atas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya