Kata Peneliti BRIN soal DKI Siram Air di Jalan Guna Kurangi Polusi Udara Jakarta, Efektifkah?

Profesor Bidang Iklim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian menanggapi soal penyiraman air di jalanan Jakarta guna menekan polusi udara dan suhu panas.

oleh Devira PrastiwiWinda Nelfira diperbarui 27 Agu 2023, 16:41 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2023, 16:40 WIB
Profesor Bidang Iklim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian menanggapi soal penyiraman air di jalanan Jakarta guna menekan polusi udara dan suhu panas.
Profesor Bidang Iklim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian menanggapi soal penyiraman air di jalanan Jakarta guna menekan polusi udara dan suhu panas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Profesor Bidang Iklim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian menanggapi soal penyiraman air di jalanan Jakarta guna menekan polusi udara dan suhu panas.

Menurut Edvin, ada sejumlah catatan yang membuat cara itu tak sepenuhnya efektif.

"Menurut saya penyemprotan (air di jalan) itu jadi seperti hujan, tapi satu waktu saja. Jadi hujannya tidak merata. Kalau hujan TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) agak merata," ujar Edvin kepada Liputan6.com, Minggu (27/8/2023).

Edvin menjelaskan, penyiraman air yang hanya dilakukan di situasi tertentu itu dikhawatirkan justru menguap bersama polutan yang ada di tanah.

"Takutnya ini yang kecil tadi kan karena disemprot pada situasi tertentu dan waktu tertentu air yang disemprot itu bisa naik lagi karena menguap, takutnya begitu," ucap dia.

Ada pun kekhawatiran Edvin bukan tanpa alasan. Dia menyebut, berdasarkan hasil sebuah riset di China yang terbit di jurnal National Library of Medicine pada Mei 2021, menemukan penyemprotan air malah membuat polusi udara makin parah.

"Iya saya mengkhawatirkan karena ada catatan dengan yang dari China. Dia kan menyimpulkan begitu kalau sekali saja (penyemprotan) tidak efektif ya," ungkap Edvin.

Selain itu, kata Edvin metode menekan polusi udara dengan menyiram jalanan juga membuang-buang air. Di musim kemarau ini, kata dia air harusnya disimpan.

"Catatannya adalah bahwa airnya itu dibuang-buang. Itu kan hanya sekali semprot, sudah langsung dipakai dan dibuang saja," terang dia.

 

Tempuh Cara Lain

Macet dan Polusi Udara Jakarta
Bukan hanya polusi udara, kemacetan lalu lintas di Jakarta juga dinilai memburuk. (merdeka.com/Arie Basuki)

Ketimbang penyiraman jalan, Edvin menyarankan pemerintah menempuh cara lain. Dia mengusulkan dibuat tirai air dari ketinggian untuk menghilangkan debu atau polusi udara.

"Sebenarnya saya mengusulkan pakai jalan lain yang hampir sama juga. Air yang dipakai itu menjatuhkan debu, maka saya mengusulkan semacam water curtain atau tirai air," terang dia.

"Itu contoh yang nyata kalau anda pernah ke Bandara Changi, ada yang namanya jewel. Air terjunnya langsung terjun ke bawah, airnya ditampung dan diputar lagi ke atas jadi recycle," sambung Edvin.

Lebih lanjut, Edvin berujar bahwa cara paling efektif adalah menurunkan hujan buatan dengan melakukan TMC. Namun, kata dia, tak adanya awan hujan menyulitkan TMC dilakukan.

"Iya, ini kan kita sudah mencoba TMC, hujan buatan. Memang hujan buatan efektif, tapi dengan catatan ada ketersedian awan. Beberapa hari ini susah awannya kan. Lalu pemerintah memikirkan pakai yang di darat," jelas Edvin.

 

Polusi dan Suhu Panas Jakarta, Damkar DKI Bakal Siram Ruas Jalan 2 Kali Sehari

Kurangi Dampak Polusi, 20 Armada Lakukan Penyiraman Jalan Protokol Kota Tangerang
Kurangi dampak polusi udara di Kota Tangerang, sebanyak 20 armada tempur dan tangki air mengintensifkan penyemprotan jalan protokol di wilayah tersebut, Kamis (24/8/23).

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengerahkan mobil pemadam kebakaran (damkar) untuk menyiram ruas jalan di Ibu Kota untuk menekan polusi udara dan suhu panas. Adapun penyiraman bakal dilakukan dua kali dalam sehari.

Dilihat Liputan6.com, pukul 10.41 WIB ini, DKI Jakarta menduduki posisi tiga kota dengan polusi udara tertinggi. Situs IQair memperlihatkan, indeks kualitas udara di Jakarta termasuk kategori tidak sehat dengan 163 AQI US.

"(Penyiraman) jam 10.00 WIB dan jam 14.00 WIB, pagi dan siang," kata Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi Gunawan saat dikonfirmasi, Minggu (27/8/2023).

Satriadi mengatakan, penyiraman akan dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari pihak kepolisian, Palang Merah Indonesia (PMI), Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut), serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya.

"Polda, PMI, Damkar, Pertamanan, dan lain-lain, di bawah koordinasi Dinas Lingkungan Hidup," kata dia.

Menurut Satriadi, ruas jalan yang bakal disiram tergantung data terbaru indeks kualitas udara di DKI Jakarta. Dia tak tahu kapan batas waktu penyiraman rutin akan dilakukan.

"Iya, lokasi (penyiraman) tergantung update kondisi kualitas udara," ujar dia.

 

Pasokan Air untuk Siram Ruas Jalan DKI Jakarta

Polusi Udara Jakarta
Berdasarkan data indeks standar pencemaran udara maksimum dari aplikasi JAKI, tampak ada perbedaan kualitas udara di setiap wilayah Jakarta. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Adapun pada Minggu (27/8/2023) ini, tim gabungan bakal menyiram ruas Jalan Sudirman-Thamrin pada pukul 13.00 WIB. Satriadi menyebut, total akan diterjunkan empat unit damkar untuk menyiram Jalan Sudirman-Thamrin.

"Info hari ini (penyiraman) oleh tim gabungan (dilakukan) di Thamrin-Sudirman jam 13.00 WIB," ujar dia.

Pasokan air yang digunakan untuk kegiatan bukan merupakan pasokan air baku (air bersih). Melainkan, air yang berasal dari hasil penyulingan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Setiabudi.

Sebelumnya, sejumlah titik jalan protokol di Jakarta, antara lain Jalan Medan Merdeka Barat dari Silang Monas Barat Laut sampai Patung Pemuda, Slipi dari Peninsula sampai Cawang UKI dan sebaliknya telah disiram pada Jumat, 25 Agustus 2023.

Infografis Bagimana Ancaman Bahaya Polusi Udara?
Infografis Bagimana Ancaman Bahaya Polusi Udara?.(Tri Yasni/Liputan6.com)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya