Piala Soekarno Cup Hasil Kontemplasi Prananda Prabowo, Punya Makna Perjuangan yang Tak Instan

Babak final kompetisi sepak bola Soekarno Cup Liga Kampung U-17 akan digelar pada 3 November 2023, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 03 Nov 2023, 02:32 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2023, 19:45 WIB
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bersama putranya Prananda Prabowo. Ditemani Ganjar Pranowo, Puan Maharani, Hasto Kristiyanto
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bersama putranya Prananda Prabowo. Ditemani Ganjar Pranowo, Puan Maharani, Hasto Kristiyanto. (Foto: Dokumentasi PDIP).

Liputan6.com, Jakarta Babak final kompetisi sepak bola Soekarno Cup Liga Kampung U-17 akan digelar pada 3 November 2023, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta.

Tim juara akan mendapatkan piala yang didesain khusus oleh Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Prananda Prabowo.

Tropi itu merupakan hasil kontemplasi putra Megawati Soekarnoputri yang juga Ketua DPP PDIP, M.Prananda Prabowo, yang kemudian dijabarkan dan diwujudkan oleh pemahat Dolorosa Sinaga.

Menurut kader muda PDIP yang menjadi panitia kegiatan, I Made Agus Mahayastra, piala tersebut tak hanya menjadi simbol supremasi pencapaian tertinggi di sebuah kompetisi, tetapi ada nilai-nilai histori yang terkandung di dalamnya.

"Piala diperebutkan ini tentu punya historis, punya makna dan sesuatu sangat berharga sehingga dari kita berharap Mas Prananda karena beliau sebagai politisi, beliau seorang seniman dan budayawan, gitaris dan musik dan lain-lainya,” kata Agus yang juga Ketua DPC PDIP Kabupaten Gianyar, dalam konferensi pers di SUGBK, Jakarta, Kamis (1/11/2023).

Hadir dalam konferensi pers itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersama sejumlah kader muda PDIP. Yakni Hendrar Prihadi, Moch. Nur Arifin, dan Nikson Nababan.

Agus mengatakan di dalam diri Prananda bukan hanya mengalir darah politisi, tetapi juga darah seni sehingga dapat menciptakan sebuah piala prestisius bernilai sejarah yang akan diperebutkan seluruh tim ajang Soekarno Cup Liga Kampung U-17.

“Sehingga beliau (Prananda) tahu bagaimana cara untuk membuat tropi yang betul -betul diperebutkan sekuat tenaga oleh tim yang berlaga,” tutur Agus.

 


Mencurahkan Ide

Lebih lanjut Agus menuturkan piala tersebut merupakan hasil kontemplasi putra Megawati Soekarnoputri yang kemudian dijabarkan dan diwujudkan oleh perupa Dolorosa Sinaga.

Dengan desain piala dua tangan memegang bola dunia di atas miniatur stadion GBK menunjukkan bahwa stadion karya Presiden Pertama RI Soekarno tersebut sangat kokoh.

“Beliau mencurahkan ide dan lahirlah ini (tropi). Di bawah ini adalah GBK miniaturnya, GBK kita tahu dibikin oleh kakeknya beliau dan bagaiamana kokoh GBK ini dan dalam kurun waktu beberapa tahun sat ini sampai sekarang,” ucap Agus.

Selain itu, kata Agus, simbol kekokohan yang tersemat di dalam piala Soekarno Cup juga menjadi implemantasi kekokohan PDIP dalam mengawal konstitusi.

“70 tahun GBK berdiri, bergitu kokoh mas Prananda menjadikan simbol kekokohannya sehingga namanya PDI Perjuangan kokoh mengawal Kontitusi tidak megubah Kontitusi untuk mencari kekuasaan itu simbolnya ini, bangunan miniatur GBK ini,” ungkapnya.

Di sisi lain, desain dua tangan memegang bola dunia merupakan wujud kekuatan dan kekokohan mengabdi pada rakyat dan negara Indonesia.

“Bagaimana bola menjadi spirit untuk kita mengabdi pada Nusantara dan kepada dunia jadi Mas Prananda desain ini mudahan-mudahan ini nanti akan menjadi spirit untuk tim nya yang berlaga,” ucap Agus.

 


Tangan Perjuangan

Pada kesempatan yang sama, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan adanya dua tangan di dalam desain Piala Soekarno Cup melambangkan tangan-tangan perjuangan dan kekohohan.

“Jadi itu makna dari tropi ini kenapa? Sepak bola Kampung karena di dalam menjadikan olahraga khususnya bola menjadi bagian identitas nasional kita supremasi kita itu dimulai dari bawah,” ucap Hasto.

Hasto menyebut dalam perjuangan akan ada tantangan dan penuh luka karena semuanya tidak bisa didapatkan secara instan atau serba cepat. Dan desain piala tersebut melambangkan perjuangan dari bawah sebelum meraih kesuksesan.

“Segala sesuatu ada prosesnya tidak bisa instans. Maka tangan-tangannya pun tangan kokoh karena tidak ada jalan pintas dalam mengukir perjuangan,” pungkasnya.

“Tropi itu merupakan hasil kontemplasi Mas Prananda Prabowo, yang kemudian dijabarkan dan diwujudkan oleh perupa Dolorosa Sinaga,” pungkas Hasto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya