Liputan6.com, Jakarta - Salah satu cara memitigasi perubahan iklim di Indonesia adalah dengan perlindungan ekosistem karbon biru.
Hal itu tengah dilakukan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) lewat Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan sejumlah kementerian, seperti Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta beberapa perusahaan dan asosiasi.
“PKS ini dijalan sebagai Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang fokus pada rehabilitasi mangrove dalam rangka pemenuhan target Program Rehabilitasi Mangrove Nasional,” kata Departemen Head Program TJSL Pelindo, Febrianto Zenny Sulistyo seperti dikutip dari siaran pers.
Advertisement
Febrianto mengatakan, langkah tersebut menjadi wujud komitmen dan kontribusi pada mitigasi perubahan iklim dan perlindungan lingkungan khususnya terkait karbon biru. Menurut dia, rehabilitasi mangrove tidak hanya penting untuk menyerap karbon tetapi juga untuk menjaga keseimbangan ekosistem pesisir yang memiliki dampak langsung pada kehidupan masyarakat di sekitar pesisir.
“Kami selalu mendukung inisiatif yang berfokus pada konservasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Kami menjadi BUMN pertama yang ikut serta dalam MoU dan PKS Rehabilitasi Mangrove bersama 3 Kementerian sejak tahun 2021 dan terus menjaga komitmen hingga saat ini,” ungkap Febrianto.
Dia berharap, semoga upaya dilakukan menginspirasi lebih banyak pihak untuk berpartisipasi pada upaya konservasi dan restorasi ekosistem karbon biru. Termasuk membantu pencapaian program pemerintah khususnya juga dalam mendukung National Blue Carbon Action Partnership.
“Kami memiliki tugas mendukung program pemerintah dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s), khususnya di bidang pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan,” dia menandasi.
Komitmen
Sebagai informasi, Indonesia berkomitmen mendukung Perjanjian Paris UNFCCC guna membatasi kenaikan suhu rata-rata global hingga 1,5°C dengan meningkatkan target kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDC).
Dalam NDC terbaru, Indonesia berkomitmen meningkatkan target penurunan emisi gas rumah kaca dari 29 persen menjadi 31,89 persen melalui dukungan nasional, dan dari 41 persen menjadi 43,20 persen dengan dukungan internasional. Indonesia memiliki luas ekosistem mangrove terbesar di dunia dengan 3,31 juta hektar, yang mencakup sekitar 20 persen dari total luas mangrove dunia. Sementara itu, ekosistem lamun di Indonesia mencakup sekitar 1,8 juta hektar.
Diketahui, mangrove dan lamun di Indonesia menyimpan sekitar 3,14 miliar metrik ton karbon, yang setara dengan 17 persen karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir bumi.
Selain kemampuan besar dalam menangkap dan menyimpan karbon dalam sedimennya, ekosistem ini juga memberikan banyak manfaat lain seperti perlindungan pantai, habitat bagi keanekaragaman hayati, tempat mencari makan bagi banyak spesies laut yang bernilai tinggi, serta layanan sosial-ekologis dan pariwisata.
Advertisement