Cuaca Hari Ini Sabtu 30 November 2024: Jabodetabek Berawan Pagi hingga Malam Hari

Cuaca pagi di Jakarta pada hari ini, Sabtu (30/11/2024) diprakirakan akan berawan tebal. Demikian prakiraan cuaca hari ini.

oleh Fenicia Effendi diperbarui 30 Nov 2024, 06:19 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2024, 06:19 WIB
Ilustrasi Cuaca Jakarta
Cuaca Jakarta Cerah Berawan (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Cuaca pagi di Jakarta pada hari ini, Sabtu  (30/11/2024), diprakirakan mayoritas berawan tebal. Demikian prakiraan cuaca hari ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan siang nanti, cuaca Jakarta diprakirakan mayoritas akan berawan tebal. Kecuali Jakarta Selatan akan turun hujan dengan integritas ringan.

Untuk wilayah penyangga Jakarta, yaitu Bekasi, Jawa Barat, diprakirakan cuaca pagi ini akan berawan tebal dan siang hingga malam hari akan berawan tebal

Lalu, di Depok, Jawa Barat, langit pagi hari diprediksi akan berawan tebal, namun siang diprediksi akan berawan tebal , pada malam akan berawan tebal.

Sedangkan di Kota Bogor, Jawa Barat, sedikit berbeda diprakirakan pagi ini berawan tebal, siang akan berkabut , dan malam hari berawan tebal.

Sementara itu, di Kota Tangerang, Banten, diprediksi pagi hari ini berawan tebal, siang berawan tebal, dan malam nanti akan berawan tebal.

Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang   Malam 
 Jakarta Barat  Berawan Tebal  Berawan Tebal  Berawan Tebal
 Jakarta Pusat   Berawan Tebal  Berawan Tebal  Berawan Tebal
 Jakarta Selatan   Berawan Tebal  Hujan Ringan  Berawan Tebal
 Jakarta Timur   Berawan Tebal  Berawan Tebal  Berawan Tebal
 Jakarta Utara   Berawan Tebal  Berawan Tebal  Berawan Tebal
 Kepulauan Seribu   Berawan Tebal  Berawan Tebal  Berawan Tebal
 Bekasi   Berawan Tebal  Berawan Tebal  Berawan Tebal
 Depok   Berawan Tebal  Berawan Tebal  Berawan Tebal
 Kota Bogor   Berawan Tebal  Kabut  Berawan Tebal
 Tangerang  Berawan Tebal  Berawan Tebal  Berawan Tebal

El Nino Adalah Apa? Mengenal Fenomena Iklim yang Mempengaruhi Cuaca Global

Kekeringan Sawah
Penetapan status siaga bencana kekeringan di Provinsi Banten diakibat musim kemarau berkepanjangan sebagai dampak dari fenomena El Nino. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

El Nino adalah fenomena alam yang menjadi perhatian serius bagi banyak negara di dunia, terutama negara-negara yang berada di sekitar Samudera Pasifik. Fenomena iklim ini telah menjadi topik hangat dalam diskusi perubahan cuaca global, dimana el nino adalah penyebab utama terjadinya kemarau panjang dan berbagai anomali cuaca di berbagai wilayah.

Dalam konteks ilmiah, El Nino adalah peristiwa pemanasan Suhu Muka Laut (SML) yang terjadi di atas kondisi normalnya di Samudera Pasifik bagian tengah. Fenomena ini menarik untuk dipelajari karena el nino adalah salah satu indikator perubahan iklim yang dapat diprediksi dan memiliki dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, mulai dari pertanian hingga ekonomi global.

Bagi Indonesia sebagai negara kepulauan, pemahaman tentang El Nino adalah hal yang krusial mengingat dampaknya yang signifikan terhadap pola cuaca nasional. Berdasarkan data dari BMKG, fenomena ini diprediksi akan terus mempengaruhi cuaca hingga akhir tahun, dimana El Nino adalah faktor utama yang menyebabkan berkurangnya curah hujan dan potensi kekeringan di berbagai wilayah.

Berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pengertian, penyebab, dampak dan perbedaan El Nino dengan La Nina, pada Senin (18/11).

El Nino merupakan istilah yang berasal dari Bahasa Spanyol dengan arti "anak laki-laki". Sejarah penamaan ini memiliki latar belakang yang menarik, dimana awalnya istilah ini digunakan oleh para nelayan Peru untuk menandai kondisi arus laut hangat tahunan yang mengalir ke arah selatan di sepanjang pesisir Peru dan Ekuador saat menjelang natal, yang dikenal sebagai El Nino de Navidad.

Fenomena ini telah muncul selama berabad-abad dan memiliki dampak yang signifikan terhadap pola cuaca global. Dalam konteks meteorologi modern, El Nino ditandai dengan pemanasan suhu permukaan laut yang tidak biasa di Samudera Pasifik bagian tengah. Kondisi ini menciptakan serangkaian reaksi berantai yang mempengaruhi pola cuaca di berbagai belahan dunia.

Sistem sirkulasi atmosfer yang terganggu akibat El Nino menyebabkan perubahan signifikan dalam pola angin dan curah hujan. Di Indonesia khususnya, fenomena ini seringkali mengakibatkan berkurangnya pembentukan awan yang berpotensi menurunkan curah hujan, sehingga memicu periode kekeringan yang lebih panjang dari biasanya.

Kementan Antisipasi Dampak El Nino dengan Baik, Produksi Beras Indonesia Meningkat

Kementan Targetkan 8,2 Juta Hektare Sawah untuk 20 Juta Ton Beras
Petani menanam padi di persawahan di kawasan Tangerang, Kamis (3/12/2020). Kementerian Pertanian menargetkan pada musim tanam pertama 2020-2021 penanaman padi mencapai seluas 8,2 juta hektare menghasilkan 20 juta ton beras. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kementerian Pertanian (Kementan) berhasil mengantisipasi dampak El Nino yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan tahun 2024 dengan baik. Bahkan hasil produksi patut mendapatkan apresiasi.

Selama 10 bulan masa jabatannya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman fokus bekerja pada program peningkatan produksi yang ketat. Langkah ini menjawab kekhawatiran publik terkait kemampuan Indonesia dalam menjaga produksi beras di tengah tantangan iklim ekstrem.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Moch. Arief Cahyono menyampaikan sejak dilantik Oktober 2023, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman beserta jajarannya mengambil langkah mitigasi untuk menghadapi dampak El Nino dengan mengoptimalkan sumber air melalui pompanisasi.

“Sejak November 2023 Pak Mentan sudah sampaikan ada potensi pergeseran masa tanam dan defisit produksi di awal tahun 2024. Langkah cepat beliau adalah dengan realokasi eksternal dan internal anggaran Eselon I Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2023 sebesar Rp1 triliun. Anggaran ini digunakan untuk penyediaan benih, alat dan mesin pertanian (alsintan), pupuk, dan pestisida,” jelas Arief dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (15/10/2024).

Dalam konferenai pers, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras nasional tahun 2024  turun 760 ribu ton atau 2,43% dibandingkan tahun 2023. Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan luas panen menurun karena dampak fenomena El Nino yang menyebabkan mundurnya musim tanam.

Arief membenarkan keterlambatan masa tanam yang terjadi pada akhir 2023 menyebabkan masa panen raya yang mestinya terjadi di bulan Maret-April 2024 bergeser. Konsekuensinya, terjadi defisit produksi di awal tahun 2024 yang ditutupi dengan pengadaan beras sebesar 3,5 juta ton dari luar negeri oleh Bulog.

Namun, dengan intervensi pompanisasi dan ketersediaan pupuk yang cukup, setelah panen raya pada April-Mei 2024, produksi bulanan sejak Agustus hingga prediksi Desember 2024 jauh melebihi produksi bulan yang sama di tahun 2023.

Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya