[VIDEO] Khasnya Batik Kudus Tren Ramadan

Setelah hampir punah sejak 2005 lalu, batik kudus sudah mulai dihidupkan kembali. Padahal, batik Kudus sangat jaya pada 1935-1980.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Jul 2013, 15:54 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2013, 15:54 WIB
batik-kudus-130716b.jpg
Setelah hampir punah sejak 2005 lalu, batik kudus sudah mulai dihidupkan kembali. Padahal dulunya, batik Kudus sangat jaya pada 1935 hingga 1980.

Seperti ditayangkan Liputan 6 SCTV, Selasa (16/7/2013), saat ini batik kudus sudah menjadi yang baru. Karena telah mengikuti tren yang ada untuk memenuhi pesanan di bulan Ramadan.

Biasanya bentuk batik di setiap daerah mempunyai ciri khas sendiri. Tetapi batik Kudus, punya ciri khas yang berbeda dengan proses pengerjaan yang bisa dikatakan cukup rumit.

"Motifnya ada menara, kapal kandas, ada kayu pakis haji. Sajadah juga ada, motif kaligrafi, pakis haji, atau kapal kandas, corak-corak sejarah rakyat Kudus," ujar perajin batik Kudus, Yuli Astuti.

"Untuk motif menara, kapal kandas, parijoto. itu ada sejarahnya, kapal yang kandas di Gunung Muriya, membawa rempah-rempah salah satunya buah parijoto. Tanaman khas di Gunung Muriya, yang digunakan saat acara 7 bulan, agar anaknya bagus rupawan. Menara, ikon Kudus peninggalan Sunan Kudus," tambah Yuli.

Batik Kudus ini mengikuti tren bulan Ramadan dan Hari Lebaran. Buktinya, para pengerajin tak hanya membuat dalam bentuk pakaian, tetapi juga barang-barang yang berhubungan dengan bulan penuh berkah itu.

"Ada mukena dan sajadah," ujarnya.

Untuk harga batik Kudus tren Ramadan itu, para pengerajin menjualnya dengan harga bervariasi. "Harga sajadah 160 ribu, mukena satu set Rp 200 ribu. Mukena dengan batik tulis corak parijoto Rp 350 ribu. Mukena sutra dengan padanan batik khas Kudus Rp 850 ribu," papar Yuli.

Jika Anda berkunjung ke Kudus, jangan lupa membawa oleh-oleh itu untuk kerabat. Karena memiliki khas tersendiri untuk di pakai di hari raya. (Tnt/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya