Pertamina Pertalite Berkualitas Kah?

Pertalite dinilai tak memenuhi standar Euro 2.

oleh Gesit Prayogi diperbarui 22 Apr 2015, 18:05 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2015, 18:05 WIB
Mulai 1 Maret 2015, Harga Premium Naik Rp 200 Per Liter
Seorang warga melayani pengisian bensin eceran di kawasan Petamburan, Jakarta, Senin (2/3/2015). Pemerintah kembali menaikkan harga BBM jenis Premium sebesar Rp 200 per liter per 1 Maret 2015 pukul 00.00 WIB. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Rencana PT Pertamina (Persero) meniagakan jenis BBM baru, Pertalite menuai sorotan. Isu ini bukanlah barang baru, sejak 2008/2009 pembahasan soal rencana produksi bensin RON 90 sudah mencuat ke permukaan bersamaan dengan usulan pencampuran kerosen ke solar.

Memang, Pertalite punya RON yang lebih tinggi dibandingkan Premium yang saat ini dipasarkan dengan RON 88. Namun, Ahmad Safrudin, Executive Director Komite Penghapusan Bensin Bertimbel punya penilaian lain terhadap jenis BBM yang rencananya mulai dijual di sejumlah wilayah pada Mei ini.

Untuk urusan kualitas misalnya, ia beranggapan bahwa Pertalite yang punya RON 90 tak bagus. Terlebih ketika jenis ini digadang-gadang sebagai upaya untuk penghapusan BBM jenis Premium.

"Cuma itu jelas sesuatu hal yang sia-sia. Sebab, (Pertalite) tak sesuai dengan kebutuhan engine technology. Sementara engine technology memerlukan RON minimal 91. Harusnya premium 88 dihapus saja," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (22/4/2015).

Berkaca pada standar emisi Euro 2 yang diteken sejak 2007, pria yang karib disapa Puput ini menilai bahwa Pertalite tak memenuhi standar tersebut.

Untuk memenuhi standar itu, BBM untuk bensin minimal RON 91, memiliki kandungan benzene maksimum 2,5 persen, aromatic 40 persen, dan sulfur 500 ppm. Sementara untuk solar Cetane Number minimal 51 dan kandungan sulfurnya maksimum 500 ppm.  

Praktis, kata Puput, Petralite yang sejatinya mengandung RON 90 tak memenuhi standar emisi Euro 2.

"Kengototan untuk memproduksi BBM di bawah standar engine technology seperti Bensin RON 90 dengan kadar sulfur di atas 500 ppm atau hanya akan merugikan Industri Otomotif," tuntas dia.

(gst/sts)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya