Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran Vespa GTS Super 150 terbaru yang diluncurkan beberapa waktu lalu seakan-akan menjadi jawaban dari Lambretta V200 Special. Tapi, Marco Noto La Diega selaku Presiden Direktur PT Piaggio Indonesia menampiknya.
“Menyegarkan GTS Super 150 bukanlah merespons kompetitor seperti Lambretta V200 Special. Ini sudah direncanakan dari jauh-jauh hari, bahkan sebelum skuter itu muncul. Justru kami sangat terbuka dan senang dengan hadirnya kompetitor semacam ini. Membuat segmen skuter klasik semakin ramai.”
Baca Juga
Meski ia berujar begitu, tak salah jika masyarakat memosisikan kedua motor itu sebagai rival. Dari mulai segmentasi dan harganya yang seimbang. Vespa GTS Super 150 dijual Rp 58 juta sedangkan Lambretta V200 Special seharga Rp 52,5 juta. Otomatis, para calon konsumen bakal membandingkannya sebelum memutuskan membeli. Karena itu, simak ulasan komparasi berikut.
Advertisement
Mesin
Yang perlu digarisbawahi, mesinnya. Lambretta menggunakan jantung pacu dengan kapasitas yang lebih besar ketimbang Vespa. Namun benarkah tenaganya juga lebih besar? Nyatanya tidak. Berkubikasi 169cc, ternyata tak memberikan output yang impresif. Mesin hasil karya SYM ini hanya mencatat tenaga sebesar 11,8 Tk pada 8.000rpm dan torsi puncak 12,2Nm di 5.500rpm. Sementara kekuatan i-Get 155,1cc milik Vespa, sanggup memuntahkan tenaga 14,4 Tk di 8.250rpm dan torsi puncak 13,5Nm pada 6.750rpm.
Pengereman
Kalau Anda pikir keduanya punya fasilitas pengereman yang kurang lebih sama, salah besar. ini jauh berbeda. Betul, dua-duanya punya cakram di depan dan belakang, ditambah sensor ABS sebagai pengaman. Namun tidak sama. Disc brake V200 berukuran 226mm di depan dan 220mm di belakang. Sayangnya sensor ABS, hanya tertanam di roda depan saja. GTS hadir lebih lengkap dari ini. Piringan berukuran 220mm di kedua sisi sudah dilengkapi sensor pengaman ban terkunci dua kanal. Maka dari itu, kualitas pengeremannya jauh lebih baik sekaligus aman.
Fitur
Mengenai kelengkapan fitur, secara kasat mata terlihat sama. Karena keduanya punya panel instrumen kombinasi digital-analog. Gayanya sesuai DNA masing-masing di masa lalu. Sayang, baik Vespa maupun Lambretta, hanya menyajikan informasi yang tak begitu lengkap. Tapi masih oke untuk kebutuhan sehari-hari.
Nah, V200 kalah telak pada fitur berikutnya. GTS sudah dilengkapi idling start/stop system yang berfungsi saat motor berhenti lebih dari tiga detik. Fitur ini juga dapat dimatikan melalui tombol di kanan stang. Selanjutnya, ia punya kunci dengan alarm. Yang tentunya lebih aman jika sedang memarkirkannya. Pun saat mencari di keramaian tidak menyulitkan. Lalu ada tilt sensor. Ia berbunyi untuk memperingatkan pengendara, saat sudut kemiringan sudah di titik bahaya. Semua hal ini tidak dimiliki oleh Lambretta. Namun hal-hal seperti immobilizer, soket 12V, bagasi luas, tombol pembuka jok, sudah ada sebagai fasilitas standar.
Urusan pencahayaan, dua motor Italia itu sudah mendapatkan LED di setiap titik. Bahkan headlightnya, mengadopsi rangkaian yang mirip. Dengan separator di tengah, memisahkan high beam dan lampu utama. Bedanya milik Vespa bundar, Lambretta hexagonal. DRL serta stoplamp LED juga tertanam di keduanya.
Rangka dan Suspensi
Keduanya punya konsep yang berbeda. GTS memiliki rangka monokok layaknya mobil. Sedangkan V200 menggunakan rangkaian tulang besi tubular. Beberapa pihak mengatakan, sasis milik Lambretta ini lebih enak sekaligus lincah dibawa bermanuver.
Pindah ke kaki-kaki, suspensi depan Vespa mengadopsi model tunggal layaknya produk mereka di masa lalu. Jauh berbeda dengan sang rival yang menggunakan model teleskopik. Penopang bagian belakang cenderung sama. Dua-duanya pakai suspensi ganda yang bisa disetel tingkat kekerasannya.
Advertisement
Desain
Ini semua tergantung selera. Tapi kurang lebih begini kami menyimpulkannya. Di bagian depan GTS lebih terlihat modern, elegan, sekaligus mewah. Belum lagi disisipkan sirip-sirip angin di shield depan yang membuat motor terlihat lebih “serius”. Kalau V200, memiliki tampang yang hampir serupa dengan pendahulunya. Sangat klasik. Penggunaan headlamp hexagonal juga memberi aura yang sedikit lebih sporty.
Beranjak ke bagian sisi dan belakang. Kami jauh lebih suka Lambretta. Lekukan yang diberikan sangat ekstrem, sesuai DNA mereka. Keunikan inilah yang kami rasa tak dimiliki Vespa. Bisa jadi, karena mulai bosan dengan desain membulat seperti itu. Mika stoplamp V200 juga sangat atraktif. Modelnya menjorok tajam keluar dan pipih, dengan rentetan LED yang berbaris rapi di dalamnya.
Satu lagi catatannya. Beberapa orang yang bermasalah dengan ornamen plastik mungkin benci dengan ini. Tepong Lambretta dibuat dari bahan plastik fiber keras. Yang terbuat dari lempengan besi adalah bagian tengah belakang hingga ke depan. Sedangkan Vespa, lebih banyak menggunakan bahan plat ketimbang rivalnya.
Simpulan
Bicara fitur, Lambretta tak bisa banyak bicara. Vespa jauh lebih unggul meracik produk motor premium. Kapasitas jantung pacu yang lebih besar, ternyata tak menjanjikan performa yang impresif. Tapi masalah pengendalian, V200 bisa bermanuver lebih lincah karena pengadaptasian rangka tubularnya. Selain itu, Lambretta juga lebih murah Rp 6,5 juta.
Namun, benarkah konsumen skuter klasik mengutamakan ragam fitur dan power mesin yang dihasilkan? Jika iya, mestinya mereka sudah beli skutik Jepang dengan harga yang jauh lebih murah. Berkaca pada pengalaman pribadi, maupun lingkungan sekitar, para pengguna tidak melulu begitu. Rata-rata melihat hal berbau estetika ketimbang teknis. Yang mereka inginkan adalah sensasi mengendara, keunikan desain, dan nilai history pada merek yang dipilih.
Maka dari itu, tak ada parameter yang jelas. Semua bergantung pada selera. Begitupun saat tadi disebutkan “lebih suka Lambretta karena pahatan garisnya yang ekstrem”. Ya, itu menurut kami. Karena ketimbang skuter yang ada, tampilannya tidak membosankan sekaligus berbeda dari yang lain.
Sumber: Oto.com