Menyongsong Industri 4.0, Bagaimana Nasib Pekerja Pabrik Otomotif di Indonesia?

Menyongsong revolusi industri 4.0, berbagai lini industri di Indonesia tengah bersiap, dan tidak terkecuali industri otomotif

oleh Arief Aszhari diperbarui 15 Agu 2019, 15:30 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2019, 15:30 WIB
Pabrik Jaguar Land Rover
Jaguar Land Rover (JLR), perusahaan otomotif asal Inggris, sedang mempertimbangkan untuk membangun pabrik baru di Amerika Utara (Foto: autoblog.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menyongsong revolusi industri 4.0, berbagai lini industri di Indonesia tengah bersiap, dan tidak terkecuali industri otomotif. Bahkan, industri mobil dan motor ini, menjadi salah satu sektor andalan dalam roadmap Making Indonesia 4.0 dengan ditargetkan menjadi basis produksi kendaraan konvensional dan listrik untuk pasar domestik dan ekspor.

Namun, para pelaku industri ini dituntut untuk dapat memahami, mempersiapkan, dan mengikuti perubahan yang ada, termasuk penggunaan robot di pabrik saat proses produksi kendaraan.

Lalu, dengan penggunaan robot ini, bagaimana nasib para sumber daya manusia atau pekerja di pabrik otomotif?

Dijelaskan Kukuh Kumara, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), memang ada efek samping terkait SDM. Namun, hal tersebut tidak serta merta mengindahkan peran penting tenaga manusia tersebut.

"Artinya, robotic itu tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas. Namun, dalam proses tersebut (pengurangan SDM) tidak terjadi seketika, dan pastinya melalui proses mana yang lebih dulu," jelas Kukuh dalam diskusi Peningkatan Daya Saing Industri Otomotif Indonesia Menuju Era Otomotif 4.0, yang diadakan Forum Wartawan Otomotif (Forwot), Kamis (15/8/2019).

Lanjutnya, ia membandingkan saat era 1990-an, dimana terdapat juga usaha untuk menggunakan robotic dalam industri otomotif. Namun, hal itu juga dilakukan analisa, apakah penggunaan robot dalam industri masih memadai terkait volume kendaraan yang diproduksi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Butuh Proses

"Jika volume tidak mencukupi, ternyata tenaga SDM di Indonesia lebih teliti dibanding SDM di negara lain. Jadi, dibanding dengan investasi penggunaan robot, masih menguntungkan tenaga manusia," tambahnya.

Jadi, penggunaan robot dalam industri otomotif ini, memang masih harus ada proses-proises yang dilalui. Tidak semata-mata, dengan penggunaan tersebut, akan menggeser tenaga manusia secara masif.

"Harus case by case, mana yang diperlukan terlebih dahulu," pungkasnya.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya