Liputan6.com, Jakarta - Tesla pastikan untuk meluncurkan mobil listrik murahnya pada semester pertama 2025. Selain itu, jenama asal Amerika Serikat ini juga tengah memikirkan teknologi otonom alias mengemudi sendiri.
Disitat dari Carscoops, isu terkait peluncuran mobil listrik murahnya memang bukan berita baru. Bahkan, kabar ini sudah tersiar beberapa waktu lalu, meskipun hingga saat ini belum ada informasi detail terkait kendaraan tersebut.
Baca Juga
Spekulasi yang muncul, mobil listrik Tesla ini merupakan versi yang sederhana dari Model 3 dan Model Y. Namun, hal tersebut tentu saja dibantah oleh perusahaan milik Elon Musk tersebut.
Advertisement
Disebutkan, mobil listrik Tesla ini akan menggunakan platform generasi berikutnya, dan akan diproduksi di jalur yang sama dengan jajaran model yang saat ini sudah meluncur.
Informasi tersebut, kemudian memunculkan kabar jika model murah ini adalah Tesla Model Q.
Sedangkan untuk harganya juga belum dikonfirmasi secara detail, tapi kemungkinan besar kendaraan tersebut akan dijual US$ 30 ribu atau setara Rp 489 jutaan.
Tesla dan BMW Gabung dengan Merek China Gugat Uni Eropa soal Tarif Mobil Listrik
Produsen mobil menolak penerapan tarif yang diberlakukan Uni Eropa (UE) terhadap kendaraan listrik buatan China, yang akan berlaku pada akhir Oktober 2025. Tidak mengherankan, jika tindakan terhadap masalah ini, datang dari perusahaan China, seperti BYD, Geely, dan SAIC.
Namun, dua produsen asal Amerika Serikat dan Jerman, yaitu Tesla dan BMW bergabung dengan merek Tiongkok, untuk mengajukan gugatan ke pengadilan, seperti dilaporkan AFP, Kamis (30/1/2025).
Keluhan dari kelima produsen tersebut diajukan ke pengadilan umum, majelis rendah Justice of the European Union (CJEU).
Dalam sebuah pernyataan, BMW, yang secara tegas menentang tarif tersebut dan mengatakan bea masuk tidak memperkuat daya saing produsen Eropa. Dengan begitu, jenama asal Jerman ini telah mengajukan gugatan hukum yang meminta pembatalan peraturan untuk melindungi kepentingannya.
“Bea masuk penyeimbang merugikan model bisnis perusahaan yang aktif secara global, membatasi pasokan mobil listrik ke pelanggan Eropa dan bahkan dapat memperlambat dekarbonisasi di sektor transportasi," tulis BMW.
Advertisement