NU DKI: Stop Intimidasi, Ini Hanya Pilkada DKI Bukan Perang

Isu SARA dan politisasi agama masih terhadi pada masa kampanye Pilkada DKI 2017 putaran kedua.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 02 Apr 2017, 08:25 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2017, 08:25 WIB
Ilustrasi Kampanye Hitam. (Liputan6.com)
Ilustrasi Kampanye Hitam. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Isu SARA dan politisasi agama masih terhadi pada masa kampanye Pilkada DKI 2017 putaran kedua. Bahkan intimidasi juga tak dihindarkan, salah satunya melarang jenazah disalatkan di masjid tertentu.

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI, meminta semua pihak, jangan melakukan intimidasi dan membuat takut masyarakat awam. Apalagi menggelorakan jihad di masa damai seperti ini.

"Jangan mengintimidasi, jangan membuat takut orang awam dengan mempolitisasi masjid. Dan jangan sekali-kali menggelorakan semangat jihad di suasana damai seperti saat ini," ucap Sekretaris PWNU DKI, Husni Mubarok, dalam keterangannya, Minggu (2/4/2017).

Dia meminta masyarakat untuk tidak semakin memperkeruh kondisi politik Ibu Kota. Meskipun politik panas, masyarakat jangan dibuat teror seolah-olah akan perang.

"Kita hanya sedang menghadapi pilkada, bukan sedang perang," kata Husni.

Dia menuturkan, perilaku penolakan jenazah di salatkan di masjid bagian dari politisasi agama dan sikap radikalisasi.

"Nadhatul Ulama sebagai salah satu organisasi pendiri negara ini, jelas komitmennya. Yaitu melawan segala bentuk radikalisme agama yang membuat retak persaudaraan sesama anak bangsa," Husni memungkas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya