Liputan6.com, Kupang - Ketua DPD PDI Perjuangan NTT, Frans Lebu Raya (FLR), menegaskan mendukung penuh pasangan Marianus Sae-Emilia Nomleni (MS-Emi). Pernyataan ini sekaligus membantah rumor beredar bahwa FLR mendukung paket lain.
"Dukungan ini penuh untuk siap memenangkan Paket Marhaen," tegas FLR dalam kampanye MS-Emi di Kelurahan Kelapalima, Kecamatan Pasirpanjang, Kota Kupang, Sabtu (14/4).
FLR mengatakan, saat melakukan kunjungan ke setiap daerah di NTT, seluruh masyarakat menghendaki agar Paket Marhaen melanjutkan Program Desa Mandiri Anggaran untuk Masyarakat Menuju Sejahtera (Desa Mandiri Anggur Merah).
Advertisement
"Seluruh masalah ada di desa dan kelurahan, jika diselesaikan dari desa maka persoalan akan selesai," imbuh Lebu Raya.
Baca Juga
Di tempat yang sama, Calon Wakil Gubernur NTT, Emilia Julia Nomleni atau biasa disapa Mama Emi, setuju dengan FLR. Dia mengatakan Desa Mandiri Anggur Merah hanyalah salah satu alat untuk mengentaskan kemiskinan.
"Anggur Merah bukan satu-satunya alat untuk entaskan kemiskinan tapi salah satu alat untuk entaskan kemiskinan di NTT. Lewat Anggur Merah, kaum muda di desa siap dimandirikan," tegas Mama Emi.
Mama Emi mengatakan, NTT memiliki potensi alam yang luar biasa yang perlu dikembangkan. "Potensi itu siap kami manfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan di NTT," tegasnya.
Lebih jauh Mama Emi melanjutkan, spirit perjuangan Paket Marhaen di konstelasi Pilkada NTT tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi siap melalukan kerja nyata demi kepercayaan seluruh masyarakat NTT dan siap mempertanggungjawabkan amanah masyarakat jika kelak dipercayakan memimpin NTT.
"Membangun dari desa karena semua persoalan ada di desa, jika persoalan di desa diselesaikan maka persoalan akan bisa diatasi," katanya.
Cerita soal Kehebatan Perempuan
Meski sering dinomorduakan dalam masyarakat, perempuan sesungguhnya adalah ciptaan Tuhan yang dianugerahi banyak kehebatan. Bahkan, kehebatan ini tidak dimiliki laki-laki.
Cawagub NTT nomor urut 2, Emelia Nomleni, mengatakan salah satu kehebatan perempuan adalah dia mengerti banyak hal.
"Yang mengerti soal perempuan itu perempuan, dan yang mengerti persoalan laki-laki juga perempuan," kata Mama Emi, sapaan akrab Emelia, saat kampanye dialogis di Desa Riang Keme, Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Larantuka, NTT, Rabu (11/4).
Mama Emi mencontohkan, ketika suami baru pulang ke rumah dan mengeluhkan kepala sakit, istri sudah bisa mengerti,
"Mama sudah tahu bapak tidak punya uangkah atau hal lain. Kalau persoalannya bukan uang, mama pasti bilang, 'Sudah nanti kita selesaikan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya'," kata Mama Emi disambut tawa lima ratusan warga yang hadir.
Sebaliknya, kata Mama Emi, jika sang istri yang sakit kepala, dia tetap harus bekerja mengurus rumah tangga.
"Mama-mama kalau kepala sakit setengah mati, tetap harus beli beras ke pasar, memasak dan urus anak," kata pasangan Marianus Sae ini.
Menurut insinyur jebolan UKI Jakarta ini, hal lainnya yang membedakan laki-laki dan perempuan adalah dalam pengelolaan keuangan.
"Kalau bapak punya uang sisa Rp 20 ribu, biasanya beli rokok, lalu habis. Kalau Mama akan beli beras sekilo dan telur dua butir untuk memastikan anak-anaknya tidak lapar di sekolah," kata Mama Emi disambut tepuk tangan, khususnya kaum ibu.
Bahkan, lanjut Mama Emi, ketika suami sedang tidak punya uang tapi kedatangan teman, istri rela berutang ke warung untuk tetap menyediakan hidangan.
"Ini semua agar suaminya tetap dihormati oleh suami dan teman-temannya," ujar Mama Emi.
Mama Emi menjelaskan, kehebatan khas perempuan ini yang dia terapkan dalam mengelola NTT, jika dipercaya masyarakat menjadi pemimpin Flobamora.
"Seorang perempuan tidak akan membiarkan satu pun anggota keluarganya lapar," kata Mama Emi melihat problem kemiskinan yang masih melanda NTT.
Dalam diri kebanyakan perempuan, kata Mama Emi, juga tidak ada ambisi yang tinggi. "Perempuan tidak ingin lebih dari apa pun, tapi cuma ingin memastikan semua berjalan dengan baik," ujar perempuan berambut putih ini.
Namun demikian, Mama Emi menegaskan, perlu kerja sama yang baik antara perempuan dan laki-laki dalam mengelola NTT.
"Kita tidak ingin bersaing, tapi kita bisa duduk bersama laki-laki untuk mengelola NTT," ujar Mama Emi.
Advertisement