Petilasan hingga Makam, Tempat Religi di Wonogiri yang Kerap Dikunjungi Calon Kepala Daerah

Ada beberapa tempat di Wonogiri lainnya yang biasa dikunjungi pejabat atau politisi untuk memenuhi hajatnya saat nyalon di Pileg atau Pilkada.

diperbarui 27 Agu 2020, 15:52 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2020, 15:52 WIB
Ilustrasi pilkada serentak (Liputan6.com/Yoshiro)
Ilustrasi pilkada serentak (Liputan6.com/Yoshiro)

Jakarta Ada dua lokasi di Wonogiri yang populer dan biasa dikunjungi pejabat atau politisi sebelum mencalonkan diri sebagai calon legislatif atau kepala daerah. Tempat tersebut yakni Sendang Siwani di Kecamatan Selogiri dan Wisata Khayangan di Kecamatan Tirtomoyo.

Menurut salah satu pemerhati tempat wisata religi, Matnawir, di Sendang Siwani terdapat petilasan Raden Mas Said atau Pangeran Samber Nyawa.

Dia merupakan seorang pejuang yang mencapai derajat tertinggi dengan menjadi seorang raja. Petilasan dan sosoknya hingga saat ini menjadi simbol yang diagungkan oleh warga setempat. 

"Begitu juga di Khayangan terdapat petilasan tapa Raja Mataram yakni Sultan Agung Hanyakrakusuma. Selain Sultan Agung, beberapa raja di tanah jawa juga bertapa di daerah tersebut," ungkapnya. 

Selain dua lokasi tersebut, ada beberapa tempat di Wonogiri lainnya yang biasa dikunjungi pejabat atau politisi untuk memenuhi hajatnya. Yaitu Sendang Sinangka di Kecamatan Selogiri, Pantai Sembukan di Kecamatan Paranggupito, dan beberapa tempat lainnya.

Ada pula beberapa makam juga yang sering dikunjungi, seperti Makam Pertama Bupati Wonogiri, Raden Hangabehi (R Ng) Djojosoedharso, makam Kiai Nur Muhammad di Kecamatan Baturetno, makam Kiai Sidik Premono di Kecamatan Tirtomoyo, makam Gedong Giyono di Kecamatan Purwantoro, makam Gunung Giri di Kecamatan Wonogiri.

"Makam orang yang sering dikunjungi tersebut semasa hidupnya mempunyai derajat yang tinggi. Biasanya orang zaman dahulu jika mempunyai derajat tinggi dimakamkan di perbukitan," jelas Matnawir saat dihubungi Solopos.com, Rabu (26/8/2020).

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Makam

Jika orang Islam yang mempunyai pegangan syariat, mereka akan mendatangi makam dengan cara bertawasul, membaca tahlil dan membaca doa-doa.

Jika dilakukan dengan ritual kejawen, caranya beragam, ada yang berdiam diri hingga bertapa. Para pengunjung, lanjut Matnawir, biasa melakukan ritual pada malam hari. Karena suasana malam lebih hening.

Dan biasanya dilakukan pada malam tertentu, seperti malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon. Namun, setiap pengunjung mempunyai kriteria sendiri.

"Setiap orang mempunyai cara tersendiri yang diyakini agar hajatnya terkabul. Selain itu setiap tempat mempunyai sejarah tersendiri. Di satu tempat jika dilakukan dengan cara ini, maka akan mendapatkan ini. Begitu kiranya," tuturnya.

 

Simak berita Solopos.com lainnya di sini. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya