Liputan6.com, Jakarta - Kantor DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Jalan KH Wahid Hasyim Jakarta, pada Rabu 2 Agustus 2023 mendadak ramai. Ternyata ada tamu spesial yang datang, yakni bakal calon presiden (capres) sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Ketua Umum PSI, Giring Ganesha, Wakil Ketua Dewan Pembina, Grace Natalie serta sejumlah elite PSI menyambut dengan hangat kedatangan Prabowo Subianto dan rombongan kader Partai Gerindra.
Advertisement
Baca Juga
Bahkan, Menteri Pertahanan RI itu diberi hadiah sebuah foto Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto berpelukan dengan tulisan 'Indonesia Solid'. Foto tersebut merupakan momen Jokowi dan Prabowo berpelukan bersama pesilat Yudani Kusumah Hanifan ketika Asian Games 2018.
"Lukisan itu inspirasinya dari bagaimana kita melihat pemilu yang lalu sangat terpolarisasi, tapi akhirnya bisa berakhir dengan sangat baik," kata Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie.
Momen pertemuan dengan Prabowo ini kemudian dikaitkan dengan arah dukungan politik PSI jelang Pilpres 2024. Padahal, pada Oktober 2022 lalu, PSI telah mengumumkan dan mendukung politikus PDIP Ganjar Pranowo sebagai capres untuk Pilpres 2024.
Grace Natalie mengaku, nama Ganjar diperoleh dari hasil rembuk rakyat yang diadakan PSI sejak akhir Februari lalu. Rembuk rakyat adalah mekanisme PSI menjaring nama-nama calon presiden untuk melanjutkan kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
"Dari hasil rembuk rakyat itu kami mengumumkan bahwa Partai Solidaritas Indonesia akan mencalonkan Pak Ganjar Pranowo sebagai calon presiden PSI di tahun 2024. Sejak awal Pak Ganjar atau akrab kami panggil Mas Ganjar unggul dibanding kandidat lainnya," katanya secara daring, Senin 3 Oktober 2022 lalu.
Langkah politik PSI yang mendeklarasikan Ganjar sebagai capres ternyata mendapat sindiran dari PDI Perjuangan. PSI justru dianggap banyak melakukan manuver yang merugikan PDIP.
Pernyataan itu keluar dari Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Hasto menyebut, langkah PSI yang mendeklarasikan Ganjar sebagai capres hanya upaya untuk mendapatkan efek elektoral ekor jas.
"Karena apa pun antara PSI dan PDIP di dalam sikap politik, di dalam Pemilu 2014, meskipun sama-sama mendukung Pak Jokowi tapi di dalam praktek juga banyak melakukan manuver yang merugikan PDIP," ujar Hasto di Jakarta, Kamis 6 Oktober 2022.
Hasto mengatakan, dalam menentukan calon presiden dan calon wakil presiden, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri melakukan perhitungan matang.
"Bukan untuk dansa elektoral tapi dari hasil perenungan yang mendalam. Itu yang membedakan PDIP dengan partai lain," katanya.
Hasto juga mengingatkan, PSI jangan merendahkan martabat calon pemimpin hanya untuk mengambil keuntungan elektoral bagi partainya sendiri.
"Karena itulah jangan rendahkan martabat para calon-calon pemimpin itu hanya sekedar efek elektoral efek ekor jas," kata Hasto.
PSI Tak Dianggap PDIP
PDIP akhirnya mengumumkan mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres pada 21 April 2023. Setelah pengumuman itu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Hanura menunjukkan sinyal bakal merapat mendukung Ganjar Pranowo.
Hal ini disampaikan Hasto Kristiyanto saat mengumumkan struktur tim pemenangan relawan Pemilu 2024. Hasto mengungkapkan bahwa PPP dan Hanura juga menyatakan dukungannya untuk Ganjar Pranowo sebagai capres di Pemilu 2024.
Namun, Hasto tidak menyebut ada nama PSI dalam rencana kerja sama politik tersebut. Hasto mengatakan, partainya akan segera bertemu dengan PPP usai mendukung Ganjar sebagai capres pada Pemilu 2024.
Saling sindir PDIP dan PSI kemudian berlanjut saat isu putra Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep akan maju sebagai bakal calon Wali Kota pada Pilkada Depok 2024.
Wakil Ketua PSI Depok, Icuk Pramana Putra mengatakan, PSI Depok akan berusaha menyuarakan kepada Kaesang untuk maju pada Pilkada Kota Depok 2024.
"Sebelumnya kami telah mendengarkan terkait kesiapan beliau untuk all out maju sebagai calon Walikota Depok 2024,” ujar Icuk melalui pesan singkat kepada Liputan6.com, Selasa 6 Juni 2023.
Namun, Ketua DPP PDIP Said Abdullah menyidir sikap PSI terkait isu Kaesang Pangarep, yang akan akan maju di Pilwalkot Depok.
Menurut Said, adanya rumor Kaesang akan maju lewat partai lain, hanyalah bentuk gangguan dari partai kecil yang ingin mencari perhatian publik.
"Ini kan selalu ada pihak-pihak yang ganggu, yang mengganggu itu biasanya karena ingin partainya ingin jadi besar maka mengganggu yang besar," ujar Said pada wartawan, dikutip Rabu 14 Juni 2023.
Dia mengatakan, partai kecil itu sengaja mengganggu PDIP lantaran PDIP adalah partai besar. Ia menyebut, tidak hanya membahas Kaesang, partai kecil itu juga membahas soal kontrak politik Ganjar Pranowo. Diketahui, kader PSI Ade Armando yang pertama membahas kontrak politik Ganjar.
"Kalau partainya kecil mengganggu sesama yang kecil dia tidak jadi berita. Kalau mengganggu partai besar supaya masuk parlemen, selalu akan ganggu. Bukan hanya itu, ganggu Kaesang, habis itu soal kemudian kontrak politik Ganjar," ucap Said.
Advertisement
PSI Dirangkul dan Mesra dengan Prabowo
Sikap PSI yang terlihat mesra bersama Prabowo Subianto sungguh berbeda dengan masa lalu. Sejak Pemilu 2019, PSI salah satu partai yang paling rajin dan keras mengkritik Gerindra dan Prabowo.
PSI pernah memberikan sebuah 'penghargaan' kepada Prabowo dan pasangannya Sandiaga Uno ketika berkontestasi di Pilpres 2019. Penghargaan itu dinamai 'Kebohongan Award Awal 2019'.
Ketua Dewan Pertimbangan PSI, Badaruddin Andi Picunang mengungkapkan, alasan partainya saat ini dekat dengan bakal capres Prabowo Subianto.
Menurut Badaruddin, tidak ada respons yang baik dari Ganjar Pranowo dan PDI Perjuangan ketika PSI mengeluarkan keputusan Rembuk Rakyat mendukung Ganjar sebagai calon presiden (capres).
"Yang diusulkan baik secara personal maupun secara partai, kurang respons atau gimana ya dalam perjalanannya," kata Badaruddin ketika dihubungi, Kamis (3/8/2023).
PSI meyakini sesungguhnya Ganjar tidak ada masalah dengan dukungan dari PSI. Yang menjadi masalah, kata Badaruddin, justru PDIP.
"Pak Ganjar kan pasti karena petugas partai, pasti menunggu sinyal atau penugasan dari partainya. Jadi, mungkin partainya lah. Kalau Pak Ganjar mungkin secara pribadi sih oke-oke saja," kata Badaruddin.
PSI memahami bahwa kurangnya respons dari Ganjar Pranowo karena memegang fatsun politik sebagai petugas partai dari PDIP.
Di samping itu, lanjut Badaruddin, PSI merasa tidak diterima oleh PDIP. Sebagai partai nonparlemen, PSI mengakui kurang diperhitungkan oleh PDIP.
"Partai sekelas PSI mungkin kurang diperhitungkan lah di mata teman-teman yang di Senayan, khususnya PDIP," kata Badaruddin.
"Mungkin juga sudah dianggap anak sendiri atau bagaimana, nanti di belakanganlah. Sama dengan biasa sehari-hari, kita mengutamakan orang luar, sementara orang dalam kurang perhatian. Mungkin seperti itu," tuturnya.
Meski kurang respons yang baik itu, PSI juga tidak terlalu terobsesi untuk mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres.
Saat ini PSI mempertimbangkan untuk mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai capres untuk pilpres 2024.
"Jadi kan kita juga tidak terlalu obsesi atau ambisi untuk terlalu menggebu-gebu untuk itu (dukung Ganjar)," tegas Badaruddin.