Arsitek Indonesia Terlibat di 13 Venue Asian Games 2018

Dari 13 venue, hanya 2 yang akan dibangun dari awal. Selebihnya, 11 venue hanya akan direnovasi.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 21 Jan 2016, 20:12 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2016, 20:12 WIB
20151227- Peluncuran Logo Asian Games 2018-Jakarta
Peserta Parade Asean Games 2018 Jakarta - Palembang membawa baner bertuliskan "Road To Asian Games 2018, Jakarta, Minggu (27/12/2015). Indonesia akan menjadi tuan rumah perhelatan Asian Games 2018 mendatang. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Aristek Indonesia (IAI) akan terlibat dalam persiapan Asian Games 2018. Mereka diberi tugas untuk mendesain rancang bangun yang akan dipakai dalam pesta olahraga tersebut.

"Kami juga diminta KementerianPUPR untuk bantu percepatan penyelesaian gedung-gedung, 13venue di Gelora BungKarno untukAsianGames 2018," jelas  Ketua IAI Ahmad Djuhara, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (21/1/2016).

Ia melanjutkan, para arsitek Indonesia akan bersatu untuk selesaikan tugas ini bersama denganKementrianPUPR. "Itu tugas negara yang kamibaktikan bagi Merah Putih,"tuturnya.

Baca Juga

  • Indonesia Ingin Nego Biaya Kompensasi Tuan Rumah Asian Para Games
  • Pengamanan Asian Games 2018 Bakal Ditingkatkan
  • Pasca Bom Sarinah, Bagaimana Nasib Asian Games dan MotoGP?

Dari 13 venue, hanya 2 yang akan dibangun dari awal. Selebihnya, 11 venue hanya akan direnovasi. Perencanaan rancang bangun ini akan dikebut hingga 6 bulan ke depan.

"Perencanaannya dalam 6 bulan ke depan dan pembangunan 1 tahun berikutnya sehingga bisa dipakai untuk Youth Olympic di pertengahan 2017," ujar dia.

Wakil Presiden Jusuf Kalla juga berpesan agar venue yang akan digunakan dalam Asian Games 2018 memenuhi standar Olympic Comittee of Asian (OCA). Para arsitek yang terlibat pun harus berasal dalam negeri dan tidak boleh melibatkan asing.

"Mungkin 200 orang dipanggil. Tapi toh semua masih banyak tahap yang dilalui. Kita akan terapkan sebuah sistem, sistem baru perancangan terpadu, intergrated, dan itu perlu talenta yang siap," tutur Ahmad.

Para arsitek itu berasal tersebar di daerah-daerah di Indonesia dan di luar negeri. Mereka yang dari luar negeri sebagian besar bekerja di Singapura dan Australia.

Tidak hanya itu, mereka yang terlibat siap untuk bekerja tanpa dipungut bayaran. "Semua pertama kali kami demi Merah Putih tidak mensyaratkan bayaran itu. Pertama kali adalah tugasnya selesai," tandas Ahmad. (Silvanus Alvin/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya