Pasar Hunian di 4 Kota Ini Lesu

Perlambatan penjualan terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe besar.

oleh Anto Erawan diperbarui 22 Feb 2016, 20:36 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2016, 20:36 WIB
RumahCom-Pasar Hunian di 4 Kota Ini Lesu
Perlambatan penjualan terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe besar.

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan penjualan properti residensial pada kuartal IV-2015 terpantau melambat. Hasil Survei Harga Properti Residensial yang dirilis Bank Indonesia menunjukkan, dibanding kuartal sebelumnya, penjualan properti residensial melambat dari 7,66 persen (qtq) menjadi 6,02 persen (qtq).

Perlambatan penjualan terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah tipe besar. Kondisi perekonomian yang melambat berpengaruh pada penurunan permintaan terhadap properti residensial, sehingga terjadi perlambatan penjualan.

Dari sisi pasokan, aturan LTV (loan to value) terbaru yang mengharuskan jaminan tambahan dari pengembang dinilai sangat memberatkan cash flow perusahaan.

Dinukil dari Rumah.com Senin (22/2/2016), berdasarkan lokasi, perlambatan pertumbuhan penjualan rumah terutama terjadi di Manado, Denpasar, Batam, dan Surabaya.

Perlambatan Harga Berlanjut

Kenaikan harga properti residensial yang melambat diperkirakan masih akan berlanjut pada kuartal I-2016. Di kuartal I-2016 ini, indeks harga properti residensial secara kuartalan (qtq) masih mengalami kenaikan (0,44 persen), namun melambat dibandingkan pada kuartal IV-2015 sebesar 0,73 persen.

Lewat survei tersebut, Bank Indonesia memprediksi kenaikan harga terendah diperkirakan masih terjadi pada rumah tipe besar (0,29 persen).

Berdasarkan wilayah, kenaikan harga rumah terendah diperkirakan terjadi di Batam dan Medan. Hal ini disebabkan harga rumah di kedua kawasan ini diperkirakan tidak mengalami perubahan.

Kenaikan harga properti residensial yang melambat juga diperkirakan terjadi secara tahunan (yoy). Pada kuartal I-2016 harga properti residensial meningkat 3,58 persen (yoy), atau melambat dibandingkan kenaikan harga pada kuartal sebelumnya yang menyentuh 4,62 persen (yoy).

Dilihat berdasarkan tipe bangunan, kenaikan harga rumah terendah diperkirakan terjadi pada rumah tipe besar (2,27 persen). Sementara berdasarkan wilayah, kenaikan harga rumah terendah diperkirakan terjadi di Pontianak.

Sementara itu, sebagian besar responden berpendapat faktor utama yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis properti adalah suku bunga KPR (20,92 persen), uang muka rumah (20,04 persen), kenaikan harga bahan bangunan (17,48 persen), serta perizinan (16,13 persen).

Berdasarkan lokasi proyek, suku bunga tertinggi KPR terjadi di Maluku Utara (12,95 persen) sedangkan suku bunga KPR terendah berada di Nanggroe Aceh Darussalam (10,29 persen). (Anto E/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya