Liputan6.com, Jakarta Mendengar ‘rumah minimalis’, mungkin bayangan Anda akan tertuju pada rumah dengan fasad kotak sederhana, nyaris tanpa ornamen. Tetapi, apakah benar, semua rumah berbentuk kotak dan tanpa ornamen itu merupakan rumah minimalis seutuhnya?
Tegar Prabasaki, Arsitek dari perusahaan kontraktor CV. Prima Jasa Teknik Indonesia menuturkan, rumah minimalis merupakan bagian dari arsitektur modern yang menampilkan elemen seperlunya atau sesederhana mungkin pada bangunan.
Baca Juga
Lebih luas lagi, rumah minimalis merupakan cermin dari filosofi sang penghuni.
Advertisement
“Alasan menjadi cermin filosofi karena ruang yang tercipta merupakan terjemahan dari gaya hidup si penghuni ke sebuah bangunan,” ujar Tegar dikutip dari laman www.rumah.com Senin, (25/4/2016).
"Rumah-rumah perkotaan menjadi kian identik dengan gaya minimalis, karena anggapan bahwa masyarakat perkotaan terkenal dengan rutinitas yang serba cepat dan tidak ingin repot," ia menambahkan.
Seiring populernya istilah rumah minimalis di tengah masyarakat, Tegar menilai konsep rumah minimalis kerap mengalami pergeseran makna.
Jika rumah minimalis menunjukkan gaya hidup sederhana dan simple, pada aplikasinya ternyata lebih banyak menggunakan ‘lekuk’ dan ornamen seperti banyak kamar tidur dan lain-lain.
Menurut Tegar, rumah minimalis sejati sangat minim ruang, dan bahkan kerap menggabungkan beberapa fungsi ruangan menjadi satu ruang saja.
Selain itu, rumah minimalis biasanya menggunakan bahan baku bangunan yang ramah lingkungan terhadap kelestarian alam.
“Misalnya, ada pasangan muda yang keduanya memiliki kesibukan cukup tinggi, namun ingin memiliki rumah yang tetap nyaman dan cantik. Mungkin contoh rumah dengan desain minimalis tipe 60 bisa menjadi solusi," katanya.
"Jika dilihat dari gambar, hanya terdapat ruang nonton, dapur, kamar tidur, dan kamar mandi saja,” papar lulusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara itu.
Berbicara mengenai rumah minimalis, Tegar juga memiliki desain rumah minimalis buatannya sendiri. Dari depan, rumah tersebut nyaris tanpa ornamen, kecuali bata ekspos.
Rumah ini hanya menggunakan sekat GRC, yakni papan yang terbuat dari campuran gipsum, semen pasir, dan serat (fiber). Sekat GRC memiliki fungsi sebagai pemisah antara ruang nonton dan dapur, sehingga dapat meminimalisasi penggunaan dinding bata.
Unsur minimalis juga terlihat pada kamar tidur yang tidak menggunakan pemisah dinding. Namun untuk tetap menjaga privasi penghuni, ruang tersebut berada di lantai 2.
Secara keseluruhan, nyaris tidak ada dinding pemisah ruang pada bangunan ini, kecuali kamar mandi. Konsep tersebut, cukup dikatakan sebagai terapan dari rumah minimalis.
Tanpa sekat dan banyak ornamen, rumah ini cukup mencerminkan penghuni yang memiliki kesibukan yang cukup tinggi, karena bagi mereka “Time is Money”. Sehingga, terciptakan ruang-ruang yang memiliki lebih dari satu fungsi.
Misalnya, dapur yang juga digunakan sebagai ruang makan, ruang nonton yang terdapat rak buku yang berfungsi sebagai ruang baca dan juga bisa berfungsi sebagai ruang tamu.
Konsep rumah minimalis akan berbeda bila ditambahkan unsur modern kontemporer, seperti menggunakan permainan material dinding bata yang tidak difinishing (ekspos), dan juga terdapat kisi-kisi (warna hitam) yang bisa digeser dari dalam kamar tidur.
“Rumah minimalis, justru menggunakan pemisah ruangan seperlunya atau material secukupnya. Tidak hanya itu, rumah minimalis biasanya sedikit furnitur. Dan terpenting adalah menerapkan bagian rumah agar tetap efektif,” kata Tegar.
Jika ditanya apakah desain rumah minimalis akan tetap populer di tengah masyarakat? Menurut Tegar, desain rumah minimalis seperti ini akan tetap diminati selama gaya hidup simple, dan serba instan masih ada.
“Dan sepertinya tidak selalu masyarakat perkotaan seperti Jakarta saja yang berminat menerapkan rumah minimalis, tetapi sudah merambah ke beberapa kota, seiring pesatnya pembangunan di tempat tersebut,” tambah Tegar.
Feature picture: Tegar Prabasaki