Pakar: Tax Amnesti dan Nasib Properti Mewah di Jakarta

Tax amnesty atau pengampunan pajak yang digadang-gadang bisa memulihkan properti di Indonesia, sepertinya masih jadi tanda tanya besar.

oleh Kantrimaharani diperbarui 25 Agu 2016, 18:00 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2016, 18:00 WIB
Tax amnesty untuk properti mewah di Jakarta
Tax amnesty atau pengampunan pajak yang digadang-gadang bisa memulihkan properti di Indonesia, sepertinya masih jadi tanda tanya besar.

Liputan6.com, Jakarta Tax amnesty atau pengampunan pajak yang digadang-gadang bisa memulihkan properti di Indonesia, sepertinya masih jadi tanda tanya besar. Terlebih untuk properti middle up (mewah) di kota-kota besar, khususnya di Jakarta.

Hendra Hartono, CEO Leads Property Service Indonesia mengatakan, adanya tax amnesty ini sejatinya ditargetkan untuk masyarakat kelas ekonomi atas yang kerap menyimpan uang atau berinvestasi di luar negeri.

“Kebijakan ini seakan menjadi katalisator bagi kalangan ekonomi atas untuk membawa dan menyimpan kembali ke Indonesia. Tentu saja, harapannya dapat disimpan pada sektor properti,” kata Hendra dilansir dari laman Rumah.com.

Kendati bisa menjadi katalisator yang positif, tetapi bila harus sadar diri, kondisi di Jakarta, dan kota-kota besar lainnya masih jauh dari harapan positif tadi.

“Berbicara tentang properti kelas atas, tentu kita tidak bisa sembarang bicara. Sebab, memerlukan tatanan yang komprehensif, mulai dari tata letak kota, fasilitas umum seperti infrastruktur dan transportasi. Dan di Jakarta saya kira,masih belum siap untuk menarik investor properti kelas atas,” katanya.

Hendra juga memaparkan kondisi properti mewah di Jakarta, harga sewa dan jual sudah terlalu tinggi. Saat ini, situasi ekonomi global masih menyebabkan properti lesu. Akhirnya, berdampak pada penjualan properti mewah ikut lesu.

“Masalah yang terjadi pada sektor properti mewah di Jakarta saat ini bukan pada properti itu sendiri. Melainkan, tata ruang kota yang masih belum teratur. Misalnya di Sudirman, apartemen mewah menjadi tidak terlihat karena di sekitarnya masih banjir, jalan masih kecil, dan keamanan yang belum menjamin,”

“Tidak hanya di Sudirman, lokasi apartemen mewah di Jalan DR. Saharjo juga sama. Apartemen mewah, tapi di sampingnya dekat pemakaman, atau dekat dengan tambal ban. Pemandangan ini masih jauh bila dibandingkan dengan Singapura yang menjadi tujuan investasi properti,” tutur Hendra.

Menurut Hendra, karakteristik investor properti kelas atas kerap mempertimbangkan keamanan, kenyamanan, dan jangkauan yang tidak terhambat oleh lalu lintas.

“Tidak hanya itu, investor kelas atas juga sangat selektif terkait ada apa di sekitarnya. Artinya, siapa sih tetangga mereka? Nah, apabila tetangganya tidak dianggap setara oleh mereka, tentu saja tidak dilirik untuk investasi,” tambahnya.

Ditemukan pada tempat yang berbeda, Agus Salim selaku direktur utama PT. Muliaguna Propertindo Development, mengiyakan bahwa kondisi properti mewah khsuusnya residensial masih lesu.

“Tapi, saya menyambut positif dengan adanya tax amnesty ini terhadap minat investasi residensial kelas atas di Jakarta. Alasannya, kebutuhan tempat tinggal saat ini masih tinggi. Apalagi dengan kondisi kemacetan Jakarta, mau tidak mau mereka menginginkan hunian singgah yang dekat dengan tempat kerja,” kata Agus.

Sebagai pengembang dari Apartemen Sudirman Hill, Agus mengungkapkan pihaknya tetap konsisten dengan rencana pembangunan meskipun ekonomi saat ini masih lesu.

“Konsumen itu, memerlukan kepastian dari pengembang. Sudah tahu kondisinya seperti ini, kalau diundur-undur, mereka juga semakin ragu berinvestasi. Dan terbukti, beberapa konsumen menghampiri kami untuk memesan beberapa unit,” tambahnya.

Apakah Jakarta layak huni?

 

Saat ditanya, apakah Jakarta kini masih layak huni? Menurut Hendra, banyak sekali kendala berbagai faktor terutama dalam hal kondisi infrastruktur dan ketersediaan transportasi juga sangat dipengaruhi oleh konsistensi masyarakat untuk turut menjaganya.

“Saya tahu kinerja pemerintah sudah cukup keras untuk memperbaiki ini. Tetapi, di lain sisi perlu diingat masyarakat Jakarta sangat multi ragam strata sosial. Jadi perlu kesadaran sendiri, bahwa sebagai masyarakat ternyata cukup berperan untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi dimulai dari mematuhi aturan,” imbaunya.

Hendra menambahkan, sebagai ibu kota megapolitan, Jakarta harusnya menjadi contoh bagi kota-kota lain. Apabila di Jakarta masalah-masalah yang disebutkan tadi teratasi, barulah bangsa ini bisa memiliki harapan untuk bisa menarik investor ke sektor properti mewah di Jakarta.

“Dengan begitu, tax amnesty bukan lagi hanya sekedar wacana. Karena masyarakat akan melihat, bagaimana uang mereka bisa dimanfaatkan dengan baik untuk infrastruktur dan pengembangan transportasi,” ujar Hendra.

Feature picture: Apartemen Sudirman Hill

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya