Liputan6.com, Jakarta Belanda sebagai satu dari negara yang memiliki topografi di bawah permukaan laut di dunia, melanjutkan konsep rumah ‘mengambang’ yang unik.
Seperli dilansir dari Rumah.com, Rabu (7/9/2016) proyek rumah tersebut dibangun di Waterbuurt, yang menjadi akses utama daerah Ijburg melalui jembatan Heerma Enneus.
Tidak seperti rumah di Venezia, Italia, yang tampak mengambang namun sebenarnya memiliki pondasi tertanam di tanah, rumah Ijburg ini benar-benar mengambang. Jadi, saat permukaan air naik, rumah ini juga ikut naik.
Advertisement
Ini dapat terjadi karena konstruksi rumah ini terbuat dari beton yang di dalamnya diisi dengan styrofoam. Struktur ruangan dan lantai menggunakan panel kayu.
Baca Juga
Keunikan dari rumah ini adalah tata letaknya. Kamar tidur dan kamar mandi berada di lantai bawah sedangkan ruang tamu ada di lantai atas.
Begitu juga dengan dapur dan ruang makan yang saling terintergrasi dengan teras terbuka. Selain itu, ukuran rumah ini tidak boleh melebihi 6,5m.
Sebanyak 18.000 bangunan akan dibagi menjadi beberapa peruntukan, termasuk fasilitas umum, seperti sekolah, toko, pusat rekreasi, dan restoran.
Belanda bangkit dari sejarah banjir yang panjang
Â
Mengulik sedikit tentang topografi Belanda yang kerap mengalami air pasang, dilansir dari theguardian.com, negara ini pernah mengalami banjir yang cukup memprihatinkan dari tahun 1993 – 1995.
Pada tahun tersebut, sedikitnya 200 ribu orang dievakuasi dari rumah mereka. Tidak hanya itu, ratusan hewan ternak dan tanaman pangan mati. Padahal, dunia tahu bahwa Belanda juga merupakan negara dengan hasil ternak dan tanaman pangan yang baik.
Pihak swasta dan pemerintah menilai bencana ini cukup krusial, hingga tercetuslah membuat proyek rumah mengambang di tahun 2001, selain juga membuat proyek miliaran dolar untuk membuat tanggul-tanggul penahan air.
Sebelumnya di tahun 2005, dibangun rumah mengambang di Amsterdam, dengan total rumah sebanyak 32 unit.
Proyek perumahan tersebut cukup berhasil, dan sudah mulai ditiru oleh beberapa negara lain. Lalu, kira-kira apakah Indonesia akan mengadopsi ide ini? Tunggu saja!
Advertisement