Liputan6.com, Jakarta Seiring masuknya produsen furnitur asal negara-negara skandinavia seperti IKEA (dari Swedia), JYSK (dari Denmark), gaya interior skandinavian pun merebak sebagai tren.
Gaya skandinavia dikenali lewat penggunaan furnitur berdesain minimalis dengan tekstur alami yang kuat, seperti kayu, serat rami, dan lain-lain. Warna-warna yang ditampilkan adalah warna-warna lembut seperti putih, krem terang, warna kayu terang, navy blue, dan warna-warna pastel.
Advertisement
Baca Juga
Inez Tiara, seorang desainer, melihat tren ini sebagai kesempatan. Ia mengembangkan item-item dekoratif dengan gaya skandinavian. bersama rekan-rekannya di Kellys Wrapping Paper Company, dengan bahan-bahan seperti katun dan kanvas organik.
Sesuai namanya, perusahaan yang digagas Inez ini berawal di bidang pembungkus kado, kertas notepad, dan peralatan tulis kantor lain. Agar berbeda, mereka membuat desain memproduksinya sendiri.
“Awalnya, cara ini saya buat untuk hadiah ke teman saya. Namun, lambat laun, banyak yang memuji. Hingga akhirnya saya memiliki ide, untuk membuat furnitur lain dengan cara yang sama,” tutur Ines Tiara kepada Rumah.com, Kamis (8/9/2016).
“Kelebihan lain yang paling menonjol adalah bahan ini juga jangka panjang, jadi cukup menghemat biaya. Furnitur untuk canvas pot misalnya, itu bisa dicuci bila kotor. Bahkan bila kotor, tidak begitu sulit dibersihkan. Hanya dicuci biasa layaknya mencuci pakaian,” kata Inez.
Selain canvas untuk pot tanaman, furnitur lain yang bisa dibuat sendiri adalah dessert plate (piring kue). Jenis piring ini sedikit unik, karena permukaan dalam piring dihias menggunakan cat khusus. Desain untuk permukaan piring tersebut juga sangat sederhana namun kental dengan nuansa skandinavian.
“Teknik decal adalah cara untuk membuat desain gambar pada piring dimana catnya akan dibakar dalam suhu tinggi,” tutur Ines.
Cat yang digunakan juga cukup aman bila terkena makanan untuk dikonsumsi. Bahkan terkena suhu panas seperti di dalam microwave, cat tidak akan meleleh.
“Jadi sangat aman digunakan,” ia mengakhiri.
Menurut Inez, bahan-bahan ini merupakan import karena masih sedikit produsen bahan organik dengan kualitas yang sesuai kebutuhannya.