Terlena Foya-foya, Hari Tua Hidup Merana

Perilaku konsumtif yang dilakukan terus menerus dikhawatirkan memberi dampak negatif terhadap pelakunya sendiri maupun keluarga.

oleh Fathia Azkia diperbarui 09 Nov 2016, 20:19 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2016, 20:19 WIB

Liputan6.com, Jakarta Slogan “kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga” seolah menjadi rencana tahap kehidupan yang diharapkan banyak orang, khususnya bagi mereka yang tergolong generasi Y.

Generasi Y adalah generasi yang lahir setelah tahun di awal 1990an dan masih dalam status merintis karir dan belum memikirkan arah hidup masa depan.

Bahkan situs fesyen terkemuka Women’s Wear Daily mengungkapkan, di tahun 2035 angkatan Y diprediksi menjadi generasi paling konsumtif sepanjang sejarah.

Perilaku konsumtif yang dilakukan terus menerus dikhawatirkan memberi dampak negatif terhadap pelakunya sendiri maupun keluarga dan orang lain.

Kecuali, konsumtifnya dialokasikan untuk barang yang kelihatannya kurang berguna saat ini, namun punya nilai lebih di masa depan. Beli properti di lokasi pinggiran Jakarta, misalnya.

Berbicara tabungan hari tua, perencana keuangan dari QM Financial, Yasmeen Danu mengutarakan seseorang terutama bagi yang masih usia muda, seharusnya punya target yang jelas akan masa depan.

Harapannya, agar gaya hidup yang dijalani sebelum masa pensiun tetap tidak berubah saat pensiun datang.

“Hitung berapa tahun lagi Anda akan memasuki masa pensiun. Lalu cek kondisi keuangan saat ini dan proyeksikan apakah nilainya cukup untuk pensiun nanti, ya? Jika tidak cukup, jangan ragu untuk menambah nominal lebih besar lagi,” katanya seperti dikutip Rumah.com.

Rumah Antah Berantah? Tak Masalah!

Beli properti untuk masa pensiun merupakan satu aset aktif disamping bisnis dan surat berharga. Beberapa orang bahkan lebih percaya diri menginvestasikan properti ketimbang surat berharga yang sifatnya abstrak.

“Contoh, target saya saat hari tua adalah punya rumah di lokasi premium atau justru di kampung halaman. Nah, pikirkan deh, berapa uang yang harus saya kumpulkan dari sekarang agar bisa punya rumah kedua di usia 50an. Jangan lupa perhitungkan inflasinya,” papar Yasmeen.

(Simak juga: Syarat Ideal Beli Rumah di Luar Kota)

Intinya, selama masih di usia produktif, seseorang biasanya belum terkendala tanggungan dan cicilan yang kerap memberatkan. Sehingga seharusnya tak ada alasan untuk tidak menggalang aset pensiun dari sekarang.

Porsi simpanannya pun bisa disesuaikan tergantung kemampuan, namun lebih besar tentu akan semakin lebih baik lagi.

“Minimal tabungan setiap bulan adalah 10% dari gaji. Jika bisa lebih besar dari porsi itu bagus sekali. Sementara untuk dana hiburan seperti membeli pakaian, kuliner, dan entertainment, sewajarnya hanya 20%. Jangan pernah melebihi batasan itu guna menghindari perilaku konsumtif,” tukas Yasmeen.

“Setiap orang punya rejeki masing-masing. Tetapi akar permasalahan sebenarnya bukan ada pada jumlah penghasilan melainkan jumlah pengeluaran. Oleh karena itu, buat yang masih muda, ayo jujur pada diri sendiri dan belajar mengontrol keuangan agar tidak jadi malapetaka kemudian,” tegasnya.

Membeli properti –dalam hal ini rumah petak- yang berada nun jauh dari Kota Jakarta saat ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain harganya masih murah, rumah di daerah luar Jabodetabek menawarkan nominal cicilan yang sangat terjangkau.

Meski nampaknya tidak bisa digunakan untuk tempat tinggal utama, namun rumah sudah tentu merupakan kebutuhan pokok setiap orang yang pasti bisa disewakan.

Uang dari penyewa layak dialokasikan untuk menambah pundi-pundi dana pensiun, maupun jadi pemasukan tambahan saat pensiun nanti

Kendati demikian, konsumen tetap harus lihai dalam membidik lokasi yang sekiranya ramai dicari orang untuk mengontrak. Selamat menabung!

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya