Tari Kecak, Pengusir Roh Jahat hingga Jadi Masterpiece

Tari Kecak terus dikembangkan, berawal dari seni kuno sampai jadi kesenian yang didukung teknologi modern.

oleh Dewi Divianta diperbarui 08 Feb 2016, 15:30 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2016, 15:30 WIB
Mitos Di Balik Tari Kecak yang Mendunia
Nama kecak adalah sebuah nama yang diambil dari suara yang keluar dari iringan tari tersebut yang berdendang "Cak " yang di dendangkan secara terus menerus, Bali (31/8/2014) (Liputan6.com/Herman Zakaria)

Liputan6.com, Denpasar - Menyaksikan pementasan Tari Kecak menjadi salah satu agenda penting jika datang ke Bali. Bila dirunut sejarahnya, tari kolosal itu berawal dari sebuah desa di Gianyar, yakni Desa Bone.

Pada 1930, seorang ahli tari bernama Wayan Limbak bekerja sama dengan seniman dan musikus asal Jerman, Walter Spies, di Desa Bone. Mereka mereka ulang Tari Sanghyang, sebuah tarian kuno yang digunakan untuk mengusir roh jahat. Jadilah Tari Kecak.

Kolaborasi tersebut menghasilkan tarian Bali yang memikat. Lingkaran konsentris dibentuk oleh sejumlah penari lelaki bertelanjang dada diiringi dengan nyanyian dan alunan musik mencekam.

Niscaya, penonton hanyut menyaksikan pertarungan antara kebaikan melawan kejahatan yang diambil dari kisah epik legenda Ramayana.

Mengikuti jejak Limbak, I Made Sidia, salah satu koreografer dan pengarang sandiwara terkemuka di Indonesia, mengembuskan nafas baru ke Tari Kecak. Melalui hasil dari perundingan dengan berbagai pihak, Made Sidia berhasil menggabungkannya dengan Tari Tek Tok. Tarian yang juga bergantung dari ritme suara manusia, tanpa kehilangan esensi asli dari Tari Kecak.

Dari inovasi itu lahir Kecak Masterpiece. Sebagai pendukung untuk menjadikannya pertunjukan yang modern, Kecak Masterpiece didukung oleh pencahayaan mengagumkan, dipadu dengan musik beserta efek. Semua dirancang untuk memberi sentuhan yang mendalam.

"Ini Kecak baru yang kita buat untuk menambah kesenian pariwisata yang bisa menjawab globalisasi. Menghadapi arus globalisasi dan MEA, kesenian Kecak harus dibuat berkolaborasi dengan teknologi," kata Sidia saat ditemui Liputan6.com, di Denpasar, Sabtu, 6 Februari 2016.

Biasanya Tari Kecak dipentaskan di ruang terbuka. Namun, kata dia, pihaknya bekerja sama dengan Taman Safari mementaskan dalam ruangan dengan efek pencahayaan yang megah.

"Kita akan selalu memproduksi wilayah tradisi ke dalam bentuk modern," ujar Sidia.

General Manager Bali Safari & Marine Park, William Santoso, menjelaskan Kecak Marterpiece merupakan atraksi baru di Taman Safari. Dipilihnya Tari Kecak lantaran tari itu asli dari Desa Bone yang sama-sama berada di Kabupaten Gianyar.

"Target kami memberi kesempatan kepada wisatawan untuk melihat Tari Kecak yang sakral dan tradisional. Inilah yang original. Kami memadukan teknologi dan fasilitas seperti audio dan visual dengan tari tradisional," William menjelaskan.

Ini adalah sebuah pertunjukan spektakuler berdurasi satu jam yang dibawakan oleh 115 penari dalam gedung teater terbesar di Indonesia, Bali Theatre. Kecak Masterpiece akan dihadirkan setiap hari mulai pukul 16.30 hingga 17.30 Wita di Bali Theatre setiap hari, kecuali Senin.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya