Fenomena Ekuinoks: Sumbar Hujan, Medan Panas di Malam Hari

Fenomena ekuinoks atau kejadian pergerakan matahari yang tepat di atas khatulistiwa menerpa wilayah Indonesia.

oleh Reza EfendiErinaldi diperbarui 21 Mar 2016, 23:33 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2016, 23:33 WIB
Fenomena Equinox Buat Resah, Ini Penjelasan BMKG
Fenomena Equinox yang diperkirakan terjadi pada 20 Maret dan 22 September mendatang membuat resah masyakarat Indonesia.

Liputan6.com, Padang - Fenomena ekuinoks atau kejadian pergerakan matahari yang tepat di atas khatulistiwa menerpa wilayah Indonesia. Namun kondisi cuaca di Kota Padang, Sumatera Barat, justru berada pada skala normal.

Menurut Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Padang Budi Iman Samiaji, kondisi itu didorong penguapan di laut lepas pantai Sumatera Barat yang cenderung membentuk awan hujan.

"Kalau di Sumbar justru ada peningkatan (volume) hujan," ucap Budi kepada Liputan6.com, Senin (21/3/2016).

Menurut Budi, kondisi suhu di Padang berada pada kisaran 30 derajat Celsius yang terjadi pada pukul 11.00-14.00 WIB. "Justru di Sumbar kaya akan laut, maka panas tersebut bisa ditransformasi menjadi penguapan."

Ekuinoks merupakan fenomena astronomi di mana matahari melintasi garis khatulistiwa. Peristiwa alam ini terjadi 2 kali dalam setahun, yakni 21 Maret dan 23 September.

Budi menjelaskan, ekuinoks tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu secara drastis seperti yang dikhawatirkan sejumlah pihak beberapa waktu lalu. Sejauh ini, rata-rata suhu maksimal di Tanah Air berkisar antara 32-36 derajat Celsius.

Cuaca Ekstrem Landa Sumut

Sementara itu, pasca-fenomena gerhana matahari total (GMT) yang terjadi di 11 daerah di Indonesia menimbulkan cerita tersendiri bagi masyarakat Kota Medan, Sumatera Utara. Setelah fenomena alam itu, cuaca panas terus melanda.

Seorang warga Jalan Samanhudi, Kelurahan Jati, Kecamatan Medan Maimun, Rudi Syahputra mengatakan, ia menganggap aneh kondisi cuaca yang melanda Kota Medan. Sebab, kondisi panas tidak hanya dirasakannya saat siang hari, tapi juga di malam hari.

"Aneh lihat cuaca seperti ini, apa ini ada kaitannya dengan gerhana matahari kemarin. Kalau siang terasa panas sudah biasa, ini malam juga terasa panas, gerah kali rasanya," tutur Rudi kepada Liputan6.com di Medan, Senin (21/3/2016).

Tak hanya Rudi, warga lainnya di Kecamatan Kampung Baru, Malini, juga mengatakan hal serupa. Menurut wanita berusia 31 tahun tersebut, cuaca panas belakangan ini menyebabkan kondisi badannya tidak enak. Ia sempat mengalami demam beberapa hari.

"Kemarin sempat sakit akibat kebanyakan minum es. Saat periksa ke dokter, dibilang saya kena dehidrasi," beber Malini.

Sementara itu, BMKG Wilayah I Sumut melalui Kabid Data dan Informasi Sunardi menyebut pada hari ini, cuaca di Kota Medan mencapai 35 derajat poin 2. Hal ini sudah di batas ekstrem.

Disinggung mengenai keterkaitan cuaca di Medan pasca-GMT serta fenomena ekuinoks, Sunardi mengatakan tidak ada pengaruhnya. Ia menyebut kondisi cuaca di Sumut, khususnya Medan, akibat musim kemarau.

"Tidak ada itu, kita memang sedang dilanda musim kemarau. Tidak bisa diprediksi sampai kapan akan terjadi seperti ini. Prediksi kita cuaca di Medan akan terus berada di atas normal. Masyarakat jaga kondisi tubuh dengan banyak minum air putih dan konsumsi buah," tutup dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya