Awas, Megalomania Ancam Sarjana Kedokteran Termuda Se-Indonesia

Psikolog Probowatie Tjondronegoro mengingatkan untuk memberikan pujian dan penghargaan sewajarnya kepada anak-anak cerdas intelegensia.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 20 Apr 2016, 13:00 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2016, 13:00 WIB
Sarjana Kedokteran Termuda
Sarjana kedokteran termuda rawan terserang megalomania

Liputan6.com, Semarang - Sukses Rafidah Helmi menjadi sarjana kedokteran termuda di Indonesia berpotensi membahayakan dirinya sendiri. Salah satunya sindrom megalomania.

Psikolog Probowatie Tjondronegoro mengingatkan untuk memberikan pujian dan penghargaan sewajarnya kepada anak-anak yang cerdas secara intelegensia. Pasalnya, apresiasi yang melimpah akan mendorong mereka menjadi superior.

Jika tak ada rem dari keluarga atau orang terdekat, ia bisa mengidap megalomania.

"Merasa semua di bawahnya dan bisa diatur sesukanya. Jadi saat terjun ke masyarakat, apalagi profesi dokter, bukan trust yang didapat namun malah keraguan publik," kata Probowatie di RS St Elisabeth Semarang, Rabu (20/4/2016).

Sesuai kajian psikologi, Probowatie menjelaskan, dalam usia 17 tahun 8 bulan sejatinya seseorang belum siap terjun ke masyarakat. Ia membutuhkan tempaan kehidupan yang lebih agar lebih matang.

Maka itu, ia memperingatkan agar keluarga dan masyarakat tidak menaruh harapan berlebih. Sebab, kedewasaan seseorang tidak berbanding lurus dengan prestasi akademiknya.

"Sebenarnya saya tidak pas kalau hanya mengomentari karena saya tidak melihat kesehariannya. Tapi yang perlu diingat, dia harus didewasakan secara natural," kata Probowatie.

Secara umum, Probowatie menyampaikan agar seseorang bisa lebih bermanfaat di masyarakat, dibutuhkan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. Sedangkan, pengaruh kecerdasan intelegensia hanya 20 persen saja.

"Ini masyarakat, orangtua, dan keluarga harus paham. Jangan menggantungkan harapan terlalu tinggi sebab bisa jadi beban," kata Probowatie.

Prestasi akademik memang harus diapresiasi dengan penghargaan dan penghormatan yang pas. Bentuk penghargaan itu juga sebaiknya sewajarnya saja, tidak berlebihan.

Prestasi akademik yang tinggi sering kali terjadi pada orang yang biasa bergaul dengan benda mati, seperti buku, komputer, alat-alat bantu dan sejenisnya. Sedangkan, salah satu proses pendewasaan adalah bersosialisasi dengan manusia.

"Berhubungan dengan makhluk hidup lain atau lingkungan juga berpengaruh pada karakternya. Jangan sampai seperti banyak PNS yang awalnya cerdas, setelah masuk sistem hanya begitu-begitu saja," katanya.

Rafidah Helmi adalah wisudawan Fakultas Kedokteran Unissula Semarang yang saat ini dianggap termuda se-Indonesia. Tepuk tangan riuh dan pujian mengalir kepadanya saat hari wisudanya.

Gadis kelahiran 31 Juli 1998 itu memang memiliki otak cerdas sejak lahir. Putri ketiga dari pasangan AKBP Purnawirawan Helmi dan Rofiah tersebut sudah terbiasa dengan kedisiplinan yang mengalir dari ayahnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya