Liputan6.com, Semarang - Sosok Marjo dari Muntilan yang dianggap gila ternyata benar-benar mendapat tempat di hati khalayak luas. Dalam grup Facebook Kota Muntilan misalnya, riuh rendah apresiasi atas Marjo seiring berita Marjo, Dianggap Gila tapi Dicintai Warga Kota Muntilan.
Mayoritas mereka membela Marjo dan tidak terima jika Marjo disebut gila. Posting-an berita oleh Fadjar Sodiq, salah satu admin grup itu, hanya butuh beberapa detik untuk memancing respons netizen.
Mang Kietman Muharis memberi pembelaan pertama. "Jgn ngawur bos,,,dia bukan gila. Dia cuma hidup di alam bawah sadarnya. Nek org gila jls diajak komunikasi dah gak nyambung. Diajak komunikasi jg asyik lho. Nek dia gila anak kecil otomatis gak mau digendong."
Handy Tatto Muntilan yang tinggal di Jl Klangon menulis, "mestinya kata gila itu diganti apalah...la kalo dia sering ngamuk, wudoh, ra tau adus...itu namanya Gila. La wong dia pake pakaian tentara itu aja besus....setiap sahabat dia kenal...dan tidak lupa. Berarti dia tidak lupa ingatan...mesakelah dengan kata-kata itu. (maaf ming unek-unek lho ini. Soale saya kenal baik)"
Selain lebih banyak yang membela, ternyata Marjo juga membangkitkan diaspora [Kota Muntilan ](Kota Muntilan "")di perantauan. Beberapa grup BB maupun WA serentak memasang foto profil Marjo sebagai pembelaan.
Herman Eko Novianto menyebutkan bahwa Marjo tidak gila.
Baca Juga
"Dia bkn gila, tapi 'sakit'. Salut dengan sosok Marjo yang suka menolong, jujur, dan apa adanya," tulis Herman Eko Novianto. Herman juga mendoakan semoga ada pihak yang peduli dengan Marjo.
Sementara itu Arsad Saifunas menyebutkan popularitas Marjo memang sangat melangit. Semua tokoh politik, artis, lokal maupuin nasional kalah dengannya di lingkup Kota Muntilan.
Ucapan lebih pedas disampaikan Winbird. Dia meminta agar media tidak gegabah. "Yang ngatain Marjo gila, berarti dia nggak tau siapa Marjo sebenarnya. JANGAN MELIPUT SESUATU TANPA TAU SEBENARNYA.."
Namun akun Angga Wied meski membela Marjo tak melulu menyalahkan media yang meliput. Menurut Angga Wied, keterbatasan pilihan kata bisa jadi menjadi masalah penulisnya. Obrolan Marjo dengan penulis berita serta pemakaian kosakata yang ada dalam tulisan menunjukkan penulis berita tak ingin merendahkan Marjo.
"Jarang ada wartawan yang mau nulis ttg sosok spt ini. Tp ini mampu ngalahke pejabat yg blm tentu dikenal warga. Yuk kita sikapi positif ..... kosa kata yang dipake barangkali karena keterbatasan diksi dan sempitnya ruang di redaksi," tulis Angga Wied.
Atas hal ini, Ustaz Zuhaeri menyebut hal itu sangat wajar. Karena Marjo meski sering dianggap kurang waras, ia sudah menjadi milik masyarakat.
"Iya. Harus diakui, keberadaan Marjo itu semacam oase bagi masyarakat. Dia guru kehidupan warga Muntilan. Bisa jadi Mas Marjo itu sufi, kita semua enggak tahu," kata Ustaz Zuhaery.
Marjo memang sosok fenomenal. Meski banyak yang menganggapnya kurang waras, ia benar-benar dicintai warga Kota Muntilan. Ketika ada sesuatu yang kurang pas, warga akan membela habis-habisan. Adakah politikus atau pejabat yang sedemikian dicintai warga kota seperti Marjo?