Liputan6.com, Makassar - Sebanyak 300 personel polisi santri dari Kepolisian Daerah Sulselbar mulai terjun dengan misi meminimalkan angka kejahatan yang terjadi di beberapa wilayah di Sulsel. Tugas para polisi santri ini lebih ke hulu alias mencegah dengan menyentuh aspek kejiwaan masyarakat.
Dengan misi itu, perangkat yang mereka gunakan berbeda. Selain berbekal materi tentang wawasan keagamaan yang telah diberikan selama masa pembekalan di SPN Batua, Makassar, mereka juga membawa buku Asmaul Husna (asma-asma Allah) dan tasbih sebagai pengganti senjata api.
Baca Juga
‎"Misalnya ada aksi demo, kita tangani dengan melantunkan takbir atau nama-nama kebesaran Allah dengan lantang di hadapan pendemo, tentunya pendemo tidak akan bertindak anarkis karena haru mendengarkan nama kebesaran Allah. Cara-cara inilah yang akan dilakukan polisi santri nantinya," kata Kapolda Sulselbar, Irjen Pol Anton Charliyan, kepada Liputan6.com di SPN Batua, Makassar, Jumat (27/5). Â
Dari 300 polisi santri yang telah terbentuk itu, Anton berharap ada di antaranya dapat mengamalkan ilmunya menjadi guru mengaji atau dai.
"Yah, minimal ada satu di antara mereka (polisi santri) yang dapat menggantikan ketenaran almarhum Ustaz Uje lah. Inilah yang kami harapkan," ujar Anton.‎
Direktur Binmas Polda Sulselbar, Kombes Pol Burhanuddin Pulubuhu mengatakan dalam menjalankan tugasnya, 300 polisi santri yang merupakan perwakilan terbaik tiap Polres se-Sulselbar ‎itu memiliki tantangan yang berat. Selain digembleng harus bisa menjadi hafiz Alquran juga dituntut memiliki kedisiplinan yang kuat.
"Jadi mereka ini memang ditekankan miliki kedisiplinan baik dari segi waktu. Sebagai penghafal Alquran tentunya butuh waktu khusus tapi polisi santri ini tidak, mereka menjalankan aktivitas dengan normal sambil berdakwah dan berusaha jadi hafiz Alquran," ucap Burhanuddin. Â
Dakwah yang dijalankan oleh polisi santri kepada masyarakat itu berkaitan dengan pencerahan kamtibmas. "Memang mereka dibekali menghafal dan memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan kamtibmas untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat," kata Burhanuddin.‎
Jika polisi santri ini betul telah berjalan dengan baik, tentunya kata Burhanuddin, stigma negatif kepolisian di masyarakat akan perlahan hilang. Tapi yang ada hanya kesan bahwa selama ini Polisi itu memiliki kepribadian humanis. "Sehingga kami harapkan polisi santri ini dapat berperan di dalam lingkungannya masing-masing.