Liputan6.com, Semarang - Berbekal pemahaman antropologi dan sumber daya alam yang banyak di Nusantara diciptakanlah makanan berbahan lokal. Makanan itu berbahan baku pisang, kolang-kaling, durian, ubi jalar, ketela pohon, atau keladi yang dipadupadankan dengan bahan lain.
Kolak dibuat manis juga bukan tanpa alasan. Menurut Djawahir, rasa manis kolak itu sesuai perintah Nabi terkait makanan berbuka puasa.
Baca Juga
Ternyata kolak ini ada kaitannya dengan Tuhan.
Advertisement
"Maka dinamailah makanan itu dengan kolak. Asal katanya 'Khalik' yang berarti 'Sang Pencipta'. Harapannya, agar siapa pun yang mengonsumsi bisa mendekatkan diri kepada sang pencipta. Itulah sebabnya, kolak sering disajikan saat bulan Ramadan," kata sejarawan Semarang, Djawahir.
Berita ini menyita perhatian banyak pembaca di Liputan6.com, terutama kanal Regional hingga Jumat (10/6/2016) malam. Selain berita ini, masih ada sederet berita lain yang tak kalah populer.
Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional:
1. Ada Tuhan dalam Semangkuk Kolak
Ramadan dan kolak adalah dua hal yang akrab. Kolak sering menjadi bagian takjil atau makanan berbuka puasa. Kolak yang manis ideal untuk berbuka puasa karena cepat mendongkrak tenaga yang hilang karena berpuasa.
Dalam aspek syiar agama Islam, kolak bukan sekedar ragam kuliner. Dalam penciptaan makanan bersantan ini hingga penamaannya terkandung filosofi perihal misi penyebaran agama Islam.
Syahdan, ketika masyarakat Jawa belum mengenal Islam dengan baik, para ulama atau penyebar Islam berembuk mencari cara sederhana agar masyarakat dapat memahami agama Islam.
"Cara sederhana yang dinilai mudah dipahami pada saat itu berhubungan dengan makanan," kata Djawahir Muhammad, sejarawan Semarang, kepada Liputan6.com, Kamis, 9 Juni 2016.
Selengkapnya baca di sini...
2. Penjaga Si Ginseng Dayak dari Pria Pemburu Keperkasaan
Lelaki paruh baya itu duduk di kursi kecil plastik di halaman kebunnya. Bercelana pendek dan menggunakan sepatu bot, ia tekun memilah sejumlah biji Ginseng Dayak. Ia tak peduli keringat menetes dari keningnya.
Itulah keseharian Januminro Bunsal (53). Ia berkutat merawat tanaman di kebun seluas 20 hektare di Km 35, Jalan Trans Kalimantan ruas Palangkaraya-Banjaramasin. Tepatnya di Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng.
Ginseng Dayak yang dirawat lelaki kelahiran Buntok, Kabupaten Barito Selatan itu dikenal pula dengan nama pasak bumi (Eurycoma longifolia). Tanaman itu banyak diburu pria karena dipercaya bisa meningkatkan vitalitas kaum adam dan menjaga kebugaran tubuh.
Selengkapnya baca di sini...
3. Sultan Yogya Perintahkan Rakyat Mundur dari Bibir Pantai Selatan
Gelombang tinggi yang terjadi di pantai selatan Yogyakarta merusak ratusan bangunan seperti gazebo dan warung. Melihat banyaknya bangunan pinggir pantai yang rusak, Gubernur DIY Sultan HB X memerintahkan agar bangunan pinggir pantai dibangun dalam jarak aman.
Tujuannya agar saat gelombang tinggi, bangunan tersebut tidak terimbas. Sultan juga meminta kepala daerah dapat menata bangunan di pinggir pantai selatan.
"Ini kan pasang. Makanya saya selalu bilang kepada kepala daerah, bagaimana buka warung, buka penginapan, ojo mepet laut. Mundur," ujar Sultan, Kamis, 9 Juni 2016.
Sultan berharap sejumlah kerusakan yang menimpa bangunan di pinggir pantai selatan dapat menjadi pelajaran. Dengan kejadian itu, warga tidak lagi membangun gazebo dan warung sangat dekat dengan laut.
"Dengan kasus seperti ini, saya berharap mereka bersedia mau untuk mundur," ujar dia.