Liputan6.com, Yogyakarta - Laksamana Tadashi Maeda atau yang dikenal dengan Laksamana Maeda adalah tokoh militer Jepang yang membantu kemerdekaan Indonesia. Bentuk bantuannya adalah dengan meminjamkan rumah dinasnya sebagai tempat perumusan naskah proklamasi.
Mengutip dari laman Museum Pendidikan Nasional, Laksamana Maeda lahir pada 3 Maret 1898. Keluarganya adalah keturunan kelas samurai.
Advertisement
Saat muda, Laksamana Maeda bersekolah di Akademi Angkatan Laut Jepang dengan mengambil spesialisasi Navigasi. Ilmu yang ia dapatkan kemudian membuat dirinya menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang selama masa pendudukan Jepang di Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Jauh sebelum itu, Laksamana Maeda pernah bertugas sebagai Staf Khusus Seksi Urusan Eropa. Ia dipercaya untuk mengurus hal-hal terkait dengan Jerman.
Selanjutnya, Laksmana Maeda ditunjuk sebagai ajudan Laksamana Sonosuke Kobayashi. Pada 1940, ia ditunjuk menjadi Atase untuk Belanda.
Pada tahun yang sama, ia juga ditugaskan ke Indonesia. Saat di Indonesia inilah, ia menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang.
Meski merupakan bagian dari anggota militer Jepang, tetapi namanya begitu dikenal di masyarakat Indonesia. Ia memiliki peran yang cukup penting dalam persiapan kemerdekaan Indonesia.
Sebelum pembacaan teks promlamasi, para pejuang Indonesia melakukan perumusan teks proklamasi untuk dibacakan sebagai simbol kemerdekaan. Saat itu, Laksmana Maeda memberikan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia dengan meminjamkan rumah dinasnya.
Para pejuang Indonesia pun berkumpul dan merecanakan kemerdekaan Indonesia. Hal itu dilakukan agar tidak dicurigai oleh Jepang.
Laksamana Maeda menghargai perjuangan pejuang Indonesia untuk merdeka. Saat itu, ia juga menjamin keselamatan Soekarno-Hatta.
Setelah Indonesia Merdeka, Laksamana Maeda diadili di Mahkamah Militer Jepang. Ia dianggap telah membantu Indonesia merdeka.
Dalam sidang tersebut, Laksamana Maeda diputuskan tidak bersalah dan berhak bebas. Setelah bebas, ia memutuskan menjadi rakyat biasa dan hidup miskin.
Adapun rumah dinas Laksamana Maeda saat itu berlokasi di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat. Saat ini, bekas rumah tersebut dijadikan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Penulis: Resla