7 Faskes di Sumsel Ketahuan Beli Serum Anti-Tetanus Non-Resmi

Harga serum anti-tetanus (ATS) tidak resmi itu 50 persen lebih murah dibandingkan serum yang dijual distributor legal.

oleh Nefri IngeRaden Fajar diperbarui 17 Jul 2016, 10:01 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2016, 10:01 WIB
20 Ampul Temuan BPOM Pekanbaru, Vaksin Palsu atau Serum Palsu?
Vaksin. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Palembang – Plt Kepala Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan (BPOM) Palembang, Devi Lidiarti mengatakan sejauh ini tidak ada vaksin palsu beredar di Sumatera Selatan (Sumsel). Yang ada adalah penelusuran penemuan Anti-Tetanus Serum (ATS) yang diduga palsu.

Menurut dia, tujuh fasilitas kesehatan (faskes) yang memasok ATS dari jalur non-resmi tersebut tergiur harga yang jauh lebih murah daripada harga ATS dari distributor resmi. Ketujuh faskes itu adalah klinik swasta dan apotek, bukan puskesmas dan rumah sakit pemerintah.

"Ya, mereka mengakui lebih murah sekitar 50 persen dari harga aslinya dan baru sebulan terakhir dipasok dari sales freelance. Kemungkinan ini menjadi alasan ketujuh faskes tersebut nekat memasok ATS dari jalur non-resmi," ujar Devi kepada Liputan6.com, saat ditemui di kantornya, Jumat, 15 Juli 2016.

Jaringan freelance yang menjual ATS yang diduga palsu tersebut masih ditelusuri BPOM Palembang, termasuk asal pengadaan ATS yang dijual tersebut. Namun, identitas sales freelance yang memasok ATS ke tujuh faskes ini sudah dikantongi dan sudah dilakukan BAP.

Ketujuh faskes yang memasok ATS non-resmi terdiri dari tiga klinik swasta dan satu apotek di Palembang, satu klinik swasta di Kabupaten Banyuasin serta satu klinik swasta dan satu apotek di Kabupaten Ogan Ilir (OI).

Dari 32 ampul yang diamankan, sebagian dibawa dan dikirim ke BPOM pusat untuk dites keasliannya. Sedangkan sebagian lagi disegel di tujuh faskes tersebut dan tidak boleh digunakan lagi.

Pasokan ATS non-resmi tersebut berbeda dibandingkan ATS yang dipasok dari distributor resmi. Perbedaan terlihat dari cara pendistribusian, labeling yang kurang jelas dan warna ATS yang lebih buram dari aslinya.

"Kita masih menunggu hasil laboratorium ATS non-resmi dari BPOM pusat. Tapi kita terus melakukan penelusuran ke daerah lain. Jika ada yang memasok dari jalur non-resmi, akan kita cek langsung. Kita tidak bisa langsung turun ke 14 kota/kabupaten lainnya, karena terkendala sumber daya manusia (SDM) dan dana," ujar Devi.

Sementara itu, Subdit Tipidter Ditreskrimsus Polda Sumsel telah membentuk tim untuk bergabung dalam penyelidikan bersama Dinas Kesehatan dan BPOM Sumsel terkait isu vaksin dan Anti Tetanus Serum (ATS) palsu.

Setelah dicek dan diuji lapangan terhadap lima apotek yang dicurigai, Kasubdit Tipidter Ditreskrimsus Polda Sumsel AKBP Tulus Sinaga bersama Dinkes dan BPOM Sumsel belum menemukan indikasi vaksin palsu tersebut.

"Di Palembang belum ada. Sudah diperiksa isu yang berkembang. Namun kami tetap lakukan penyelidikan," ungkap Tulus di Mapolda Sumsel.

Mengenai apotek yang menjual maupun klinik yang menggunakan vaksin palsu lain di Palembang, Tulus menyebut, pihaknya tak dapat memastikan jika hanya didasarkan dugaan, tanpa dicek.

"Kami tidak berdiam diri, akan tetapi dalam penyelidikan kami juga tidak mau gegabah dan sampai salah dalam penyelidikan. Bila memang ada dan terbukti, maka akan kami tindak dan proses hukum," ujar Tulus.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya