Liputan6.com, Purwakarta - Jumlah mata pelajaran para siswa SMA Purwakarta berencana mengurangi jumlah mata pelajaran teori dari 18 mata pelajaran menjadi hanya 14 mata pelajaran. Pengurangan jumlah mata pelajaran itu seiring dengan siswa yang mengaku jenuh belajar di ruang kelas.
"Lima hari sekolah itu ada 18 pelajaran, jenuh pak, terlalu banyak pelajarannya," ujar seorang perwakilan pelajar kelas XII SMA Negeri Campaka Purwakarta saat ditanyai Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Rabu (14/9/2016).
Mendengar hal itu, Dedi kemudian mengusulkan solusi untuk mengurangi jumlah mata pelajaran teori dan mensubstitusinya dengan pelajaran yang aplikatif. Dengan begitu, guru tidak lagi hanya memindahkan kalimat yang ada di buku kepada siswa.
Sebagai contoh, PKN diajarkan aplikatif dengan menerapkan kebijakan sekolah siswa harus berperilaku sesuai standar-standar kemanusiaan.
"Kemudian, PAI diajarkan aplikatif dengan membaca kitab dan Alquran sebelum belajar atau akhir pelajaran. Hal-hal seperti itulah pendidikan, bukan guru memindahkan kalimat di buku ke siswa. Guru itu mengajarkan peradaban," ucap dia.
Baca Juga
Dedi menjelaskan dengan dua pelajaran itu diajarkan dengan konsep aplikatif, mata pelajaran berkurang dari 18 menjadi 16. Konsep pemberian pelajaran yang sama juga bisa diterapkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Sejarah.
"Sejarah itu kan menggunakan Bahasa Indonesia. Ya buatlah skema pengajaran yang sinkron antara dua pelajaran itu. Misalnya, Bahasa Indonesia biasa kan anak membuat karya sastra dan bisa mengadopsi cerita-cerita sejarah, kan aplikatif," ujar Dedi.
Dengan begitu, menurut Dedi, sedikitnya empat mata pelajaran berkurang. Penilaian atas empat pelajaran dilakukan dengan cara para guru memperhatikan atas sikap, perilaku dan bahasa pelajar sehari-hari, serta tidak lagi hanya dilakukan pada ulangan.
"Jadi nggak berbentuk ulangan dan hanya gitu-gitu saja," ucap Dedi.