Cerita Bupati Purwakarta Pulangkan Pengikut Dimas Kanjeng

Bupati Dedi sebelumnya menginstruksikan penjemputan langsung dan memfasilitasi seluruh biaya pemulangan pengikut Dimas Kanjeng.

oleh Abramena diperbarui 12 Okt 2016, 07:30 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2016, 07:30 WIB
Pengikut Dimas Kanjeng
Rokayah, warga Sukadami, Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat, sempat dua bulan menetap di Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur. (Liputan6.com/Abramena)

Liputan6.com, Purwakarta - Rokayah (60), warga Sukadami, Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat, akhirnya bisa pulang ke kampung halamannya. Dua bulan terakhir ia menetap di Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur.

Adalah Bupati Purwakarta Dedi Mulyana yang berjasa memulangkan Rokayah. Ia sebelumnya menginstruksikan penjemputan langsung dan memfasilitasi seluruh biaya pemulangan pengikut Dimas Kanjeng.

Usai tiba di kampung halaman, wanita dengan lima anak dan sembilan cucu itu menceritakan semua yang dialaminya pada Dedi Mulyadi.

"Awal ikut pengajian Dimas Kanjeng, saya awalnya ikut pengajian di Kabupaten Subang. Terus sering ngobrol dan katanya ada kegiatan istigasah, ya saya akhirnya ikut," ucap Rokayah di Purwakarta, Selasa, 11 Oktober 2016.

Ia juga menjelaskan proses pengajian yang diikuti selama beberapa tahun terakhir di Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo. Dia menilai semua berjalan sesuai syariat Islam dan tidak ada kejanggalan atau aliran yang menyimpang.

"Tidak ada yang menyimpang, di sana semua berbicara pengajian sesuai dengan agama Islam. Malah saya tidak terima kalau disebut aliran sesat," ujar Rokayah.

Dia sekaligus menggambarkan sosok Dimas Kanjeng Taat Pribadi sebagai orang yang baik dan selalu mengajarkan kebaikan sesuai dengan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Rokayah, warga Sukadami, Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat, sempat dua bulan menetap di Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur. (Liputan6.com/Abramena)

Namun dia tidak memungkiri jika di Padepon Dimas Kanjeng kerap melihat tumpukan uang yang dikemas dalam karung dan peti.

"Kalau melihat uang sampai 43 karung, terus di peti saya pernah. Malah saya sempat dibagi dan dibelanjakan. Itu sudah biasa dibagikan ke masyarakat sekitar juga terutama fakir miskin dan anak yatim," Rokayah menjelaskan.

"Saya tidak ada niat sampai menggandakan uang, saya niatnya hanya pengajian," tambah Rokayah.

Adapun menyikapi fenomena banyaknya pengikut Dimas Kanjeng dan kasus penggandaan uang, Bupati Dedi menilai itu karena sebagian masyarakat mengalami transisi berpikir.

Selain itu, masalah tersebut biasanya terjadi dan kerap ditemukan jika orang mengalami kebangkrutan. "Biasanya masyarakat mengambil jalan pintas, berimajinatif dengan mencari kaya dengan cara mudah. Dengan metodelogi pendekatan seperti itu siapa pun bisa kena," Bupati Purwakarta memungkasi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya