Kisah Ular Gaib Berkepala Naga di Kuburan Belanda Terbengkalai

Ular gaib berkepala naga itu disebut warga setempat sebagai oyod.

oleh Panji Prayitno diperbarui 22 Okt 2016, 19:16 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2016, 19:16 WIB
Kisah Ular Gaib Berkepala Naga di Kuburan Belanda Terbengkalai
Ular gaib berkepala naga itu disebut warga setempat sebagai oyod. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Angker, kesan yang kini melekat di masyarakat saat melihat dan melintasi kuburan Belanda yang berada di Desa Balerante, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon karena dalam kondisi yang tidak terurus.

Sebagian besar bangunan makam yang ditutupi rumput liar dan ilalang membuat suasana makam menjadi tak lagi indah. Bahkan, kejadian horor sering kali terjadi di sela aktivitas masyarakat sehari-hari.

"Siswa-siswa SD sering kesurupan apalagi makam Belanda ini ada di belakang SDN 1 Palimanan persis, mas," ujar Raka, warga desa setempat, Jumat, 21 Oktober 2016.

Raka menyebutkan, areal pemakaman Belanda yang berada di lahan eks Pabrik Gula (PG) Gempol itu memang berada tepat di belakang SDN 1 Palimanan. Di area tersebut sering terjadi peristiwa mistis.

Selain beberapa kejadian siswa SDN 1 Palimanan mengalami kesurupan, makam Belanda juga pernah menampakkan ular gaib berkepala naga. Warga sekitar menyebutnya Oyod.

"Kalau oyod itu, mitosnya kita akan dipersulit keluar dari area makam. Selain itu, badan terasa seperti berat dan lemas. Wujudnya juga kadang dalam bentuk akar," tutur Raka.

Beberapa warga juga mengaku sering mendengar suara tangisan wanita di area makam Belanda. Suara tersebut, lanjut Raka, berasal dari roh noni Belanda. "Saya juga tidak mengerti apa penyebabnya Noni Belanda selalu menangis tiap malam," kata dia.

Pada malam tertentu, di kuburan itu juga muncul sosok kapiten yang menjerit kesakitan akibat perang yang dihadapinya. Ada pula warga yang suka mendengar suara kereta kuda berjalan.

"Bahkan, yang sering muncul dan menampakkan diri di depan warga seperti kakek tua berjalan," ujar Raka.

Makam yang disinyalir muncul sejak 1907 sampai 1914 itu kini dalam kondisi yang tidak terawat. Dia pun mengaku sudah tidak ingat lagi berapa jumlah makam Belanda tersebut saat ini.

Sebelum PG Gempol diambil alih oleh PG Rajawali, banyak keluarga dari Belanda berkunjung ke area pabrik. Mereka berkunjung untuk menengok makan sekaligus menghadiri acara tradisional Pesta Giling Tebu.

Dalam acara Pesta Giling itu, warga beramai-ramai membersihkan seluruh area PG Gempol. Termasuk, areal pemakaman yang biasanya rutin dikunjungi peziarah asal Belanda.

Saat ini, makam tersebut semakin tak terurus. Bahkan, sejumlah prasasti maupun simbol yang menandakan pemakaman Belanda tersebut juga hilang.

"Mungkin karena tidak terurus dan sudah jarang keluarga Belanda datang berziarah, akhirnya roh yang ada di dalam makam Belanda ini suka menampakkan diri," ujar Raka.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya