Kisah Anak Pedalaman Kalimantan Jadi Raja Properti di Australia

Denpasar menjadi titik balik Iwan Sunito mewujudkan mimpi-mimpinya, hingga menjadi raja properti di Australia. .

oleh Dewi Divianta diperbarui 21 Nov 2016, 08:00 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2016, 08:00 WIB

Liputan6.com, Denpasar - ‎ Iwan Sunito, pemenang penghargaan Australian Property Person of The Year 2015, meluncurkan buku biografinya, Wihtout Borders; Perjalanan Anak Hutan Kalimantan Menjadi Raja Properti Australia. Buku itu ditulis oleh Teguh Sri Pambudi.‎

Iwan awalnya enggan jalan hidupnya diabadikan menjadi sebuah buku. Ia merasa tak pantas untuk dijadikan kisah ‎inspiratif bagi banyak orang.

"Saya agak risih juga. Tapi setelah dipikir-pikir ya kok bisa, saya punya kehidupan seperti ini. Padahal saya dari pedalaman hutan Kalimantan di Pangkalan Bun sana, di mana rumah dan toilet saya terapung di atas air," cerita Iwan, saat meluncurkan buku di Sector Bar, Sanur, Minggu 20 November 2016.

Bagi Iwan, tiap-tiap manusia memiliki pengalaman berbeda-beda dalam menjalani hidup. "Jadi, setiap orang itu punya pengalaman berbeda-beda, tapi prinsip keberhasilannya sama," papar dia.

Yang terpenting, kita mau bekerja keras mewujudkan apa yang menjadi angan-angan dan cita-cita kita, tak hanya sekadar berbicara saja. Ia berharap bukunya relevan bagi remaja dan dan para siswa untuk termotivasi mewujudkan mimpi mereka.

"Yang penting diingat, kegagalan itu tidak mutlak dalam hidup kita. Justru dia (kegagalan) akan membawa kita terbang lebih tinggi lagi. Bagi saya, paradigma yang mesti diubah adalah hidup saya sendiri," ujarnya.‎

Buku Without Borders menegaskan sebuah kemungkinan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Sekaligus membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang utama untuk bisa menembus batas.

Without Borders berisi kisah perjuangan hidup seorang anak manusia yang berawal dari keterpurukan yang kemudian menjelma menjadi salah satu sosok yang disegani di industri properti Negeri Kanguru. Buku ini merupakan hasil perjalanan selama kurang lebih 3 tahun (2014-2016), mulai dari wawancara, riset, hingga penulisan.

Dari rancangan awal kisah yang akan ditulis, sesi wawancara dengan banyak narasumber di sejumlah tempat, mulai dari Jakarta, Surabaya, Pangkalan Bun, hingga di Sydney. Riset-riset sekunder, hingga penentuan judul serta gambar muka, semuanya dilakukan secara mendetil melalui sesi diskusi yang intensif dan berulang-ulang.

“Banyak hal yang sudah terlupakan, namun akhirnya hidup kembali dari tulisan salah satu sahabat saya, Teguh Sri Pambudi yang bahkan saya menyebutnya sebagai kamus berjalan untuk hidup saya," kata Iwan Sunito

"Seperti mengalami sebuah flash back di layar lebar atas semua peristiwa yang pernah terjadi dalam kehidupan saya. ‎Denpasar merupakan lokasi historis, di mana saya mendapatkan titik balik dalam kehidupan saya. Dan itulah sebabnya mengapa saya memilih Bali sebagai lokasi peluncuran buku Without Borders," tutur Iwan Sunito.

Iwan mengaku bersyukur pada akhirnya bisa mewujudkan salah satu mimpinya untuk bisa berbagi kisah hidup yang dipersembahkan untuk bangsa dan tanah kelahirannya, Indonesia.‎
‎‎
Sang penulis, Teguh Sri Pambudi, mengatakan, Iwan Susito ‎adalah bukti bahwa paduan ketajaman intuitif, keluasan imajinasi dan kegigihan dalam roda kehidupan adalah sebuah formula yang tepat dalam mencapai sebuah tujuan. "

"Buku ini pada akhirnya menjadi kompas baru bagi saya untuk memahami makna dari kehidupan itu sendiri dan mendorong pemahaman bahwa kehidupan bukanlah sekadar kehidupan, namun bagian dari sesuatu yang lebih luas," ucap Teguh.‎

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya