Cerita Garasi dan Teras yang Menjadi Rumah Dunia Gol A Gong

Rumah Dunia kini menelurkan ratusan buku bacaan bagi berbagai kalangan usia.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 26 Des 2016, 18:02 WIB
Diterbitkan 26 Des 2016, 18:02 WIB
Cerita Garasi dan Teras yang Menjadi Rumah Dunia
Rumah Dunia. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Serang - Sekitar periode 1998, garasi dan teras sebuah rumah sederhana disulap menjadi tempat menaruh koleksi buku bacaan. Kala itu menjadi tempat belajar para anak-anak di Desa Cilowang, Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang, Banten.

Sejak saat itu, baik anak sekolah maupun orang tua mulai memahami pentingnya belajar dan membaca bagi masa depan mereka. Kian hari, kian ramai rumah tersebut dengan aktivitas membaca warga sekitar.

"Tahun 2002, saya beli tanah 1.000 meter di belakang rumah. Terus saya pindahin ke belakang rumah. Jadilah Rumah Dunia. Waktu awal ada lima ribuan (koleksi buku). Sekarang udah puluhan ribu, enggak nyampe 100 ribu mah," kata Gol A Gong, pendiri Yayasan Rumah Dunia, saat dihubungi melalui telepon seluler, Jumat, 23 Desember 2016.

Gong berkisah tak mudah mengajak masyarakat untuk menggemari dunia literasi atau membaca buku. Dia lalu mencoba mengajak warga melalui dunia kesenian, baik itu seni debus, melukis, teatrikal, hingga menulis.

Dari situ, ketertarikan warga akan dunia membaca semakin meningkat. Aktivitas membaca itu berkembang menjadi penerbitan buku bacaan melalui Gong Publishing. Pada 2016, Gong Publishing telah menerbitkan 170 buku bacaan dengan berbagai tema.

"Di situlah, spirit rumah dunia melawan pejabat yang korup lewat tulisan, lewat seni. Pertunjukkan seni teater mengkritik dinasti korup, lewat tulisan sastra mengkritik dinasti korup, sampailah mengkrucut ke dinasti Atut," tutur dia.

Guna menjaga minat baca masyarakat yang semakin tinggi itu, ia dibantu 10 relawan dari kampus IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten (SMHB) dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta).

Para alumni Rumah Dunia, kata Gong, kini diminati Kemendikbud untuk mengurusi TBM se-Indonesia.

"Saya tahun 2010-2015 ditarik ke Jakarta oleh kementerian untuk menjadi Ketua Forum Taman Baca Masyarakat Indonesia (TBMI) dan Rumah Dunia dijadikan kampung literasi nasional, jadi percontohan se-Indonesia. Sekarang saya turun, diganti sama Firman Venayaksa yang masih dari Rumah Dunia," tutur dia.

Aktivitas rutin sedari dulu hingga kini yang masih terus dilakukan adalah menggelar Kelas Menulis. Kelas itu berjalan selama enam bulan untuk setiap angkatan.

Kini, Rumah Dunia telah melahirkan 28 angkatan hingga adanya 'Gonjlengan Wacana' alias forum diskusi mingguan yang dilaksanakan setiap akhir pekan.

"Waktu dinasti Atut berkuasa, kita d-anaktirikan. Kita banyak mendapatkan bantuan dari pusat. Sekarang saya jadi ketua Dewan Perpustakaan Banten. Perkembangan literasi di Banten yang tak dianggap oleh Atut, dipandang oleh nasional," ujar Gong.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya