Duka Usai Pilkada, Ribuan Warga Brebes Mengungsi Akibat Banjir

Banjir yang merendam ribuan rumah warga Brebes, Jawa Tengah, pada Kamis pagi, 17 Februari 2017, terparah sejak tahun 1972.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 16 Feb 2017, 21:39 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2017, 21:39 WIB
Banjir Brebes
Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dilanda banjir terparah sejak 45 tahun lalu. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Brebes - Sehari usai pesta demokrasi Pilkada serentak, banjir melanda belasan desa di delapan kecamatan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Pemali, Sungai Cisanggarung dan Sungai Babakan, pada Kamis (16/2/2017).

Bencana banjir yang melanda ribuan permukiman warga dan ratusan hektare (ha) lahan pertanian di Desa Terlangu dan Desa Lengkong Kecamatan Brebes Jawa Tengah, pada Kamis pagi tadi merupakan paling besar sejak 45 tahun lalu.

Rudi (65) warga Desa Terlangu, Kecamatan Brebes, mengata0kan banjir yang merendam ribuan rumah warga pada Kamis pagi tadi terparah sejak tahun 1972.

"Banjir kali ini lebih parah dari pada banjir besar pada tahun 1972 lalu. Karena tanggul Sungai Pemali dan Sungai Babakan itu jebol, sehingga menyebabkan luapan sungai hingga menerjang rumah-rumah dan lahan pertanian warga," ucap Rudi di posko pengungsian saat ditemui Liputan6.com, Kamis (16/2/2017).

Bahkan, kata dia, ketinggian air banjir yang merendam kediamannya setinggi dua meter. Alhasil, separuh warga Desa Terlangu mengungsi ke tempat yang aman.

"Saya enggak bawa apa-apa dari rumah, tadi banjir mulai datang pukul 06.00 WIB pagi tadi. Saya meninggalkan rumah pukul 07.00 WIB setelah dievakuasi sama SAR," dia menambahkan.

Rudi dan empat anggota keluarganya pun kini harus berada di posko tenda pengungsian bersama ribuan warga lainya. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari pun ia hanya mengandalkan bantuan makanan dari Dapur umum yang ada di lokasi tempat pengungsian.

"Saya enggak bawa pakaian sama sekali, saya hanya bawa uang seadanya dan empat anggota keluarga. Sementara di tempat pengungsian dulu, karena limpasan air sungai di tanggul yang jebol semakin tinggi. Enggak tahu gimana kondisi barang-barang di rumah saya sekarang, mungkin hilang hanyut terbawa banjir," ia mengungkapkan.

Hal senada diungkapkan, Lia Sumarni (40) warga Desa Lengkong. Ia hanya bisa pasrah ikut mengungsi karena kediamannya juga terendam banjir.

Ia pun tak bisa menyelamatkan barang-barang berharga yang berada di rumahnya karena banjir yang datang secara tiba-tiba dan masuk ke kediamannya.

"Habis sudah barang-barang saya di rumah terbawa arus banjir. Tapi saya bersyukur alhamdullilah bisa keluar dari rumah dan berada di tempat aman seperti sekarang ini," ucap Lia Sumarni.

Bahkan, hingga kini sebagian warga di Desa Terlangu dan Desa Lengkong yang masih terisolasi mengaku panik karena ingin segera dievakuasi dan diungsikan ke tempat yang aman.

"Proses evakuasi memang terus dilakukan, tapi jumlah truk dan mobil untuk mengangkut warga jumlahnya terbatas. Apalagi, ketinggian air semakin bertambah dari jam ke jam berikutnya," kata Warno (50) warga Desa Lengkong di sekitar kediamanya.

Sejak pagi tadi, ratusan warga di desanya yang terendam banjir membutuhkan makanan dan minuman. "Kami membutuhkan makanan siap saji dan minuman, karena sejak tadi pagi belum ada bantuan datang ke sini. Katanya dapur umum adanya di lokasi pengungsian," keluh dia.

Intensitas Hujan Tinggi

Banjir Brebes
Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dilanda banjir terparah sejak 45 tahun lalu. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes meningkatkan kesiagaannya untuk memantau sejumlah daerah yang terdampak banjir selama beberapa hari terakhir di kabupaten setempat.

"Intensitas hujan cukup tinggi di Brebes selama beberapa hari terakhir, sehingga beberapa wilayah tergenang banjir karena luapan air sungai dan hujan deras yang berlangsung selama beberapa jam di daerah setempat," ucap Kepala BPBD Kabupaten Brebes Eko Andalas.

Ia mengatakan, BPBD terus memantau lokasi bencana banjir tersebut. Termasuk, mengantisipasi apabila hujan terus-menerus turun hingga menyebabkan ketinggian air di permukiman warga semakin tinggi.

Eko mengimbau semua warga yang berada di bantaran sungai meningkatkan kewaspadaannya selama curah hujan yang cukup tinggi. Namun, ia sekaligus meminta masyarakat bisa melakukan tanggap bencana secara mandiri.

"Komunitas warga tanggap bencana perlu digerakkan di daerah bencana, sehingga tidak perlu menunggu bantuan BPBD untuk datang ke lokasi bencana karena respons yang paling cepat untuk menangani bencana adalah warga itu sendiri dengan dibantu komunitas tanggap bencana," ia menekankan.

Bantuan Logistik Mulai Berdatangan

Banjir Brebes
Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dilanda banjir terparah sejak 45 tahun lalu. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Bantuan untuk korban banjir yang terjadi di Kabupaten Brebes, mulai berdatangan. Selain mendirikan lima posko pengungsian, juga bantuan logistik berupa mi instan, beras, selimut dan air minum sudah berdatangan di lokasi pengungsian.

Untuk itu, kewaspadaan terhadap musibah banjir perlu ditingkatkan, mengingat curah hujan di Kabupaten Brebes akhir-akhir ini cukup tinggi dan kurang bersahabat. Menurut dia, adalah tidak lain disebabkan fenomena alam yang terjadi.

"Bantuan logistik sudah mulai berdatangan ke Posko pengungsian seperti, puluhan dus mi instan, beras, air mineral dan selimut. Kami akan upayakan bantuan lagi untuk membantu korban pengungsian disini," ucap Eko Andalas.

Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila (PP) Brebes, Endang Yuniarti bersama anggotanya meninjau lokasi korban bencana alam banjir untuk memberikan bantuan berupa seribuan nasi bungkus dan air mineral kepada para pengungsi.

Ia berharap agar warga masyarakat dapat tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan. Bersama Pemda Brebes akan selalu membantu masyarkat yang tertimpa musibah tersebut. Bantuan yang diberikan berupa makanan siap saji dan air mineral.

"Setelah mendapatkan informasi bencana banjir dari anggota, kami langsung upayakan bantuan sementara berupa makanan siap saji dan air mineral kepada para pengungsi. Semoga bantuan ini bermanfaat untuk sementara waktu," ucap Endang Yuniarti.

Rencananya, bantuan berupa makanan siap saja dan air mineral akan terus diberikan setiap hari kepada para pengungsi korban banjir. "Insya Allah bantuan kepada saudara-saudara kita di pengungsian ini akan kembali disalurkan. Termasuk nanti kita akan bantu pakaian pantas pakai," dia memungkasi.

Jalur Jatibarang-Brebes Terputus

Berdasarkan Pantauan Liputan6.com di lokasi banjir di Kecamatan Brebes dan Kecamatan Jatibarang, ratusan warga masih terjebak di kediaman masing-masing. Mereka menunggu bergantian dievakuasi oleh tim gabungan.

Limpasan air dari tanggul Sungai Babakan dan Pemali yang jebol, arusnya semakin deras. Kondisi ini cukup menghambat proses evakuasi warga oleh tim gabungan. Ribuan pengungsi saat ini berada di sejumlah titik pengungsian.

Akibat banjir yang merendam jalur utama Jatibarang-Brebes hingga ketinggian 50 centimeter hingga 1 meter, Satlantas Polres Brebes pun melakukan mengalihkan arus kendaraan. Adapun jalur alternatif arus lalu lintas dari Brebes dialihkan ke Krasak, Lembarawa, Kalimati, Pegeg, dan Jatibarang.

Begitu pula arah sebaliknya. Selain itu, para pengendara juga bisa menempuh jalur Pebatan-Jagalempeni untuk menghindari banjir.

Dua Jembatan Putus di Brebes Selatan

Tak hanya merendam ribuan rumah warga di Brebes bagian utara, banjir dan tanah longsor juga merendam ratusan rumah warga dua Kecamatan di wilayah Brebes Selatan, yakni Kecamatan Tonjong dan Kecamatan Sirampog.

Bencana tersebut menimbulkan kerusakan infrastruktur jalan, jembatan, dan rumah penduduk. Berdasarkan pendataan BPBD Brebes di Kecamatan Tonjong, hujan lebat sejak Selasa, 15 Februari 2017, pukul 14.00 WIB, mengakibatkan Sungai Prupuk meluap dan memutus Jembatan Prupuk di Desa Purbayasa.

Akibatnya 292 warga yang bermukim di Dukuh Ciluluk terisolasi. Sebanyak 172 warga di antaranya bahkan nyaris gagal memberikan hak suaranya sebelum akhirnya petugas KPPS 01 Purbayasa melakukan jemput bola. Selain Jembatan Prupuk, luapan sungai Kalipedes memutus Jembatan Petengteng di Desa Purwodadi.

Jembatan tersebut menghubungkan Dukuh Petengteng (Desa Purwodadi) dengan Dukuh Mijen (Desa Tanggeran). Akibat jembatan terputus itu, warga Petengteng yang akan ke pusat pemerintah desa harus memutar lewat Desa Negarayu.

Kepala BPBD Kabupaten Brebes Eko Andalas mengatakan, dua jembatan tersebut putus karena tidak kuat menahan terjangan banjir. "Dua jembatan putus itu akibat banjir dengan arus yang kuat," ujar Eko Andalas.

Upaya penanganannya, kata dia, warga dibantu tim SAR gabungan bergotong royong membangun jembatan darurat. Adapun untuk kerusakan jembatan di Dukuh Petengteng, warga yang akan beraktivitas bisa melewati jalur Desa Negarayu.

Sementara di Kecamatan Sirampog, dua rumah yakni milik Rahmad dan Nasihin di Dukuh Padanama Desa Mendala rusak ringan dan sedang akibat tertimpa tanah longsor dan pohon tumbang.

Bahkan, hujan lebat juga mengakibatkan ruas jalan provinsi Sirampog-Tuwel, tepatnya di Dukuh Kampung Baru Desa Sridadi longsor. Kondisi itu mengakibatkan kendaraan harus melintas bergantian.

Ratusan Rumah di Tegal Juga Terendam

Tak hanya ribuan rumah warga di Brebes, yang terendam banjir. Akibat hujan lebat yang mengguyur Kota Tegal dan daerah sekitarnya semalam, sejumlah wilayah di Kota Tegal juga dilanda banjir.

Ratusan warga di Kelurahan Sumurpanggang, Krandon, dan Kaligangsa serta beberapa daerah di sekitarnya merupakan beberapa daerah yang paling parah terkena dampak banjir.

Menyikapi hal ini, Wali Kota Tegal Siti Masitha Soeparno mengatakan, banjir yang terjadi Kelurahan Sumurpanggang, Krandon dan Kaligangsa serta beberapa daerah lain di Kecamatan Margadana murni merupakan banjir kiriman dari selatan Kota Tegal.

"Hal ini terjadi karena beberapa bendungan yang berada di selatan Kota Tegal atau tepatnya di Kabupaten Tegal tidak mampu menampung debit dari air hujan yang turun sepanjang malam sehingga arus air yang turun melalui Sungai Kemiri meluap ke perkampungan," ucap Siti Masitha saat memantau langsung kondisi banjir di Kecamatan Margadana, Kamis (16/2/2017).

Namun, ia mengungkapkan untuk membantu warga yang terdampak banjir, pihaknya telah melakukan langkah cepat dengan membangun posko bantuan berupa dapur umum yang akan menyuplai kebutuhan makanan bagi warga yang saat ini tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.

"Sebanyak 700 nasi bungkus hari ini telah disiagakan di dapur umum yang dikoordinir PMI Kota Tegal. Tidak hanya hari ini, pemberian bantuan tersebut akan berlangsung sampai kondisi wilayah yang terkena kena banjir kembali normal," dia menambahkan.

Selain dapur umum, kata dia, Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal melalui Dinas Kesehatan juga telah menyiagakan sejumlah pos kesehatan. Selain itu, Pemkot Tegal juga akan menyediakan beberapa titik penampungan di beberapa musala, posyandu, dan sekitar Polder Bayeman, serta beberapa tempat lain yang akan disediakan pihak kelurahan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Tegal Sugiyanto mengatakan, banjir yang melanda Kelurahan Sumurpanggang, Krandon, dan Kaligangsa serta beberapa daerah sekitarnya murni akibat cuaca ekstrem yang mengakibatkan hujan turun sangat lebat semalam.

Selain di Brebes, banjir juga melanda sejumlah wilayah di Kota Tegal, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Akibatnya beberapa bendungan yang berada di daerah atas selatan Kota Tegal tidak mampu menampung debit air hujan, hal ini berakibat arus air yang melalui Sungai Kemiri meluap ke daerah permukiman di beberapa wailayah di Kecamatan Margadana.

"Jadi permasalahannya bukan karena drainase, namun murni karena adanya banjir kiriman dari daerah atas di selatan Kota Tegal," ucap Sugiyanto.

Dia menambahkan, debit air yang ada di beberapa bendungan di Kabupaten Tegal sebagian masuk ke Sungai Kaligung, sebagian ke Sungai Kaligangsa. Namun sebagian besar masuk ke Sungai Kemiri.

"Sungai Kemiri yang tidak lagi mampu banyaknya debit air inilah, air akhirnya meluap ke permukiman warga," ia mengungkapkan.

Ia menambahkan, untuk menanggulangi permasalahan banjir agar tidak terulang lagi, Pemkot Tegal akan menerapkan beberapa langkah pencegahan. Salah satunya dengan memperlebar saluran-saluran air utama yang ada di wilayah tersebut.

Saat ini saluran-saluran utama didaerah tersebut hanya selebar kurang dari dua meter. "Ke depan Pemkot Tegal akan memperlebar saluran tersebut hingga empat meter, sehingga harapannya banjir yang selama ini terjadi dapat segera teratasi," Sugiyanto memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya