Ritual Royong dari Bugis dan Makassar Bikin Anak-Anak Terlelap

Ritual yang dahulunya sering dipraktikkan oleh nenek moyang tersebut kini nyaris tak pernah lagi dipraktikkan.

oleh Eka Hakim diperbarui 13 Mar 2017, 19:03 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2017, 19:03 WIB
Royong, Tradisi Menidurkan Anak di Sulses yang Mulai Hilang
Royong, Tradisi Menidurkan Anak di Sulses yang Mulai Hilang (Liputan6.com/Eka Hakim).

Liputan6.com, Makassar - Suku Bugis dan suku Makassar di Sulawesi Selatan (Sulsel) memiliki berbagai macam tradisi budaya leluhur yang perlahan mulai memudar dan tak diterapkan lagi oleh generasi berikutnya. Salah satunya tradisi menidurkan anak.

Tradisi ini berbeda-beda penyebutan. Masyarakat suku Makassar misalnya, menyebut dengan nama Royong. Namun bagi suku Bugis, tradisi ini disebut Yabalale.

Ritual yang dahulunya sering dipraktikkan oleh nenek moyang tersebut nyaris tak pernah lagi terlihat di tengah masyarakat suku Makassar maupun Bugis era kekinian ini.

"Nyaris sudah tak ada. Kalau tradisi menidurkan anak dengan ayunan sarung itu masih ada, cuma tak ada lagi nyanyian khas yang biasa dilakukan nenek moyang sebelumnya yang disebut Royong atau Yabalale," kata Puang Lia (56) warga Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulsel kepada Liputan6.com, Minggu, 12 Maret 2017.

Puang Lia mengakui, waktu kecil dulu ia pernah merasakan tradisi Royong atau Yabalale. Dimana saat ia hendak tidur, almarhumah neneknya menidurkannya di atas ayunan yang menggunakan sarung tepat di bawah rumah panggung milik neneknya.

"Dulu setiap ingin tidur siang, nenek ayun saya menggunakan sarung tepat di bawah rumah panggung sambil menyanyikan lagu tidur berbahasa Bugis. Suasana nyaman pun membuat saya tertidur pulas dan nenek pun kembali melanjutkan aktifitasnya di dapur," ungkap Puang Lia.

Namun Puang Lia sadar, dirinya tak melanjutkan tradisi tersebut kepada anaknya. Alasannya karena tak mengerti lagu yang dulu neneknya sering nyanyikan saat menidurkannya di atas ayunan sarung.

"Lagunya syarat makna dan saya tak hafal. Itulah salah satu penyebab tradisi nenek tak lagi berlanjut ke saya meski anak saya yang bungsu dulu masih menggunakan ayunan jika ingin ditidurkan siang hari, "akui Puang Lia.

Tradisi Royong atau Yabalale yang diketahui Puang Lia, selain hanya sebagai pengantar tidur anak-anak, juga merupakan doa untuk anak-anaknya. Menurut orangtua dahulu, lewat nyanyian itu berdoa agar rezeki ana-anak mereka dilapangkan serta dijauhkan dari musibah atau bahaya.

"Saya tak tahu persis juga maksudnya, tapi dengar cerita ke cerita orangtua dulu katanya sebagai doa mengundang rezeki dan penangkal bahaya bagi si anak jika kelak dia menjadi dewasa," ucap Puang Lia.

Adapun berikut salah satu penggalan lagu Royong versi suku Makassar:

Ana' tinro mako naung.. Pakaselaki matannu..
Mata ta'do'do'.. pa'lungang manakku tommi..
I Baso sallang lompo.. na'bayuang se're bori.
Manna tanjari.. punna kaleleang mamo..
Ana'.. tinro mako naung.. Pakaselaki matannu..
Ambangungko nai'.. Te'ne tommi pa'mai'nu..

Artinya dalam bahasa Indonesia:

Tidurlah Anakku sayang.. lelapkanlah matamu..
Mata yang mengantuk.. Bantalmupun telah merindukanmu..
Bila nanti engkau dewasa.. menjadi kekasih seluruh alam..
walau tak jadi.. asalkan sudah terbagi..
Tidurlah anakku sayang..  Lelapkanlah matamu..
Bila nanti engkau bangun.. bahagia sudah perasaanmu..

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya