Liputan6.com, Ponorogo - Pencarian korban longsor Ponorogo, Jawa Timur, dihentikan sementara. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, menghentikan upaya pencarian 26 korban hilang tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, karena hujan deras yang meningkatkan tingginya risiko keselamatan tim SAR gabungan.
"Jadi untuk sementara proses evakuasi siang hari ini kami hentikan karena cuaca ini tidak mendukung," ucap Kepala Bidang Kedaruratan Bencana BPBD Ponorogo Setyo Budiono di sela proses pencarian korban longsor di Desa Banaran, Minggu (2/4/2017), dilansir Antara.
Hujan dengan intensitas sedang mengguyur wilayah Punung, sekitar pukul 13.30 WIB, sehingga seluruh aktivitas pencarian dihentikan.
Adapun enam alat berat yang semula dikerahkan di tiga zona pencarian juga ditepikan ke sisi aman untuk menghindari longsor susulan. "Ini akan sangat membahayakan tim SAR dalam pencarian para korban," kata Setyo.
Baca Juga
Hal lain yang dikhawatirkan BPBD bersama tim gabungan adalah potensi "lahar dingin", mengingat intensitas hujan yang tinggi serta kondisi material tanah longsoran yang gembur dan mudah hanyut.
"Dikhawatirkan tanah ini masih bisa bergerak dan jika terjadi hujan yang mengenai tanah bisa memicu longsor susulan hingga ke bawah," ujar Setyo.
Sementara itu, Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni menyampaikan pencarian akan dilanjutkan besok pagi dengan mempertimbangkan cuaca serta keselamatan tim SAR dan relawan.
Di lokasi longsor, BPBD dan tim gabungan mengerahkan enam alat berat jenis ekskavator yang disebar di tiga zona pencarian. Hasilnya, pagi tadi sekitar pukul 10.30 WIB, satu jasad korban atas nama Katemi (70) berhasil ditemukan tim SAR di zona C.
Tak berselang lama setelah penemuan jasad Katemi, tim SAR mendapati satu jenazah remaja yang diidentifikasi bernama Iwan Danang Suwandi (27) yang tak lain cucu korban pertama longsor Ponorogo.
"Ibu dan anak saya tak selamat saat longsor menerjang rumah dan desa kami. Saya sempat mencoba menyeretnya keluar, namun keburu rumah diterjang longsor," kata Ismiatun, anak sekaligus ibu dari kedua korban yang berhasil dievakuasi di bawah timbunan longsor dan puing rumah mereka.
Advertisement
1.665 Personel dan 7 Ekskavator Dikerahkan
Pencarian korban longsor Ponorogo melibatkan sebanyak 1.655 personel SAR gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, Tagana, PMI, SKPD, NGO, relawan, dan masyarakat. Setelah menemukan dua jenazah, tim SAR masih mencari 26 orang yang diduga masih tertimbun longsor.
"Tak mudah mencari korban. Lokasi yang tertimbun longsor luas dan material yang menimbun rumah dan korban tebal. Di beberapa lokasi ketebalan mencapai 20 meter," ujar Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Minggu (2/4/2017).
Selain faktor cuaca, menurut Sutopo, aksesibilitas menuju lokasi, keterbatasan peralatan dan komunikasi, serta bahaya susulan longsor menjadi hambatan tim SAR gabungan.
"Hujan deras pada Minggu siang pukul 13.30 Wib menyebabkan operasi SAR dihentikan sementara. Tujuh alat berat sudah dikerahkan di lokasi longsor. Saat ini alat berat lain masih dalam perjalanan menuju lokasi," tutur Sutopo.
Sementara itu, 300 jiwa masih mengungsi di rumah kepala desa dan kerabat terdekat. Pengungsi memerlukan bantuan kebutuhan dasar, seperti makanan, air bersih, pakaian, selimut, dan kebutuhan lainnya.
"Dari 35 kepala keluarga (KK) atau 128 jiwa yang terdampak langsung, 100 jiwa berhasil menyelamatkan diri dan 28 jiwa tertimbun longsor," ia menambahkan.
Bahkan, menurut Sutopo, mereka yang berhasil menyelamatkan diri tidak sempat membawa apa-apa saat longsor menerjang rumahnya. Sedangkan 200 jiwa pengungsi lainnya adalah warga masyarakat di sekitar longsor yang mengungsi karena takut akan ada longsor susulan.
"Pengungsi masih trauma karena anggota keluarga yang hilang dan kondisi saat longsor yang menerjang disertai bunyi gemuruh," sebut dia.
Sejauh ini, bantuan terus berdatangan dari berbagai pihak. Rapat koordinasi akan digelar pada hari ini. Kepala BNPB bersama BPBD Provinsi Jawa Timur dan seluruh unsur yang ada akan menggelar rapat koordinasi untuk percepatan penanganan darurat.
"Posko utama tanggap darurat, masa tanggap darurat, system komando, struktur organisasi tanggap darurat, dan lainnya akan segera ditetapkan untuk memudahkan dalam penanganan tanggap darurat," Sutopo memaparkan.
Selanjutnya, masih menurut Sutopo, strategi pencarian dan penyelamatan korban longsor Ponorogo dilakukan dengan membagi menjadi beberapa sektor. Alat berat dan personel dibantu anjing pelacak dikerahkan untuk mencari korban. Pun demikian dapur umum didirikan untuk memberikan bantuan kepada korban longsor Ponorogo.
Â
Advertisement