Liputan6.com, Kediri - Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengatakan proses evakuasi korban longsor Ponorogo, Jawa Timur, masih terus berlangsung. Namun, proses evakuasi cukup sulit karena tingginya timbunan tanah.
"Eskakvator terus bekerja, memang agak susah melakukan evakuasi karena longsor menimbun rumah hingga 20 meter," ucap Mensos di Kediri, Jawa Timur, Minggu (2/4/2017), dilansir Antara.
Mensos yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU mengajak seluruh hadirin pada peringatan Harlah ke-71 Muslimat NU Kediri untuk mendoakan para korban tanah longsor.
Baca Juga
"Dua korban yang sudah teridentifikasi, mudah-mudahan seluruh keluarga mereka yang ditinggalkan diberi kekuatan dan kesabaran oleh Allah SWT, dan yang dipanggil husnulkhatimah," dia menambahkan.
Hingga saat ini terdata 28 orang tertimbun longsor yang terjadi pada Sabtu pagi, 1 April 2017, di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Dalam rangkaian kunjungan kerjanya ke Jawa Timur, seharusnya Mensos menghadiri kegiatan di Kediri pada Minggu pagi tadi. Namun karena terjadi bencana longsor, maka Khofifah langsung ke lokasi pada Minggu pagi.
Di lokasi bencana, selain melihat langsung kondisi permukiman warga yang tertimbun longsor, Mensos juga menyerahkan bantuan dan santunan kematian kepada ahli waris korban meninggal sebesar Rp 15 juta.
Advertisement
2 Jenazah Teridentifikasi
Dua dari 28 korban yang dinyatakan hilang tertimbun material longsor di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, hari ini berhasil dievakuasi Basarnas setelah menggali dengan menggunakan sejumlah alat berat.
"Sementara ini ada dua korban ditemukan di zona C yang ada di kawasan mukim terdampak longsor bagian bawah," kata Kapolres Ponorogo AKBP Suryo Sudarmadi dikonfirmasi di sela proses evakuasi di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, seperti dikutip dari Antara.
Awalnya, Kapolres Suryo sempat menyebut tiga korban hilang terevakuasi, dengan satu di antaranya ditemukan di zona A, area terdampak longsor bagian atas.
Ia menyatakan informasi korban ketiga tersebut masih akan diklarifikasi ulang, karena belum disertai identitas pasti dan belum terklarifikasi pihak Basarnas yang menjadi koordinator pencarian korban hilang.
"Informasi yang menyebut sudah ada temuan satu korban di zona A tidak benar," kata Yoni Fahriza, anggota Basarnas Pos SAR Trenggalek yang juga koordinator proses pencarian di zona A.
Saat Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa datang meninjau lokasi bencana dan membesuk korban longsor di posko penanggulangan bencana di Dusun Tangkil, Desa Banaran, tim BPBD memastikan dua korban yang telah terevakuasi dan teridentifikasi.
"Untuk korban hilang yang telah dievakuasi dan teridentifikasi, Kemensos bisa langsung memberikan santunan pada pihak keluarga atau ahli warisnya, karena itu menjadi ranah kami," kata Khofifah usai bertemu dan memberikan simbolis santunan kepada keluarga korban.
Dua korban hilang yang telah berhasil ditemukan itu masing-masing diidentifikasi bernama Katemi (70) dan Iwan Danang Suwandi alias Wawan (27).
Keduanya merupakan satu keluarga nenek dan cucu yang saat kejadian tidak sempat menyelamatkan diri karena masih di dalam rumah. "Jenazah langsung dievakuasi ke posko DVI (Disaster Victim Identification) di atas," kata Komandan Tim Basarnas Pos SAR Trenggalek Asnawi.
Dengan ditemukan dua jenazah itu, saat ini tim gabungan dibantu enam alat berat jenis eskkavator yang terus mencari 26 korban yang hilang tertimbun longsor.
Besarnya volume longsoran yang mencapai ketebalan sekitar 14 meter disebut Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf alias Gus Ipul saat meninjau proses evakuasi sebagai kendala serius. Alhasil, proses pencarian korban longsor Ponorogo diperkirakan memakan waktu lama.
Advertisement
Relokasi dan Reboisasi
Sementara itu, Mensos Khofifah meminta Pemerintah Kabupaten Ponorogo mempertimbangkan opsi relokasi kepada seluruh korban dan permukiman di sekitar lokasi tanah longsor. Mengingat daerah tersebut menyandang status rawan bencana.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Minggu (2/4/2017) siang, Khofifah menilai bencana tanah longsor dipicu meningkatnya lahan kritis, berkurangnya tutupan lahan, degradasi lingkungan, berkurangnya resapan air dan pertanian yang tidak memerhatikan konservasi lingkungan.
Karena itu, lanjut dia, perlu upaya terstruktur, sistematis, dan massif dalam menangani persoalan ini. Masyarakat pun perlu ditingkatkan perilaku sadar bencana. Menurut Khofifah, pengetahuan bencana pada masyarakat relatif meningkat namun belum menjadi sikap dan perilaku serta budaya masyarakat.
Untuk mencegah longsor kembali, Khofifah mengatakan, perlu dilakukan reboisasi terhadap sejumlah lahan kritis. Dampaknya, tidak hanya mengurangi potensi tanah longsor, namun juga meningkatkan kualitas air, menaikkan posisi muka air tanah, penyediaan air saat kekeringan, dan konservasi sumber daya air tanah.
"Perlu upaya berkelanjutan yang melibatkan semua pihak sehingga kejadian seperti ini tidak terulang," Mensos Khofifah memungkasi.
Â