Fort Marlborough, Benteng Terbesar Kedua Buatan Inggris di Asia

Fort Marlborough juga menjadi peristirahatan terakhir bagi Gubernur Jenderal Inggris yang dibunuh setelah menaikkan pajak hasil bumi.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 06 Apr 2017, 17:05 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2017, 17:05 WIB
Jelajah Kekuatan Pertahanan Koloni Inggris Di Fort Marborough
Fort Marborough merupakan simbol kekuatan militer Inggris di Asia Tenggara (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Liputan6.com, Bengkulu - Kota Bengkulu memiliki sejarah panjang pendudukan Inggris. Kongsi dagang yang awalnya masuk ke negeri yang dahulunya disebut Bangkahulu itu untuk mengambil hasil bumi berupa kopi dan rempah-rempah serta membangun perkebunan pohon getah jarak dan merica.

Kongsi dagang itu terus berkembang hingga Inggris akhirnya memutuskan untuk menjadikan Bengkulu sebagai wilayah pertahanan dan unjuk kekuatan militer.

Simbol kekuasaan Inggris yang utama adalah Fort Marlborough atau Benteng Marlborough. Benteng itu dibangun di kawasan strategis menghadap Samudra Hindia di atas bukit buatan yang jika dilihat dari udara menyerupai kura-kura yang menghadap ke daratan.

Benteng itu adalah benteng terbesar kedua di Asia yang dibangun Inggris setelah benteng di Madras India. Waktu pembangunan benteng pertahanan yang dulunya dikelilingi kanal sedalam 5 meter itu mencapai 22 tahun, dari 1719 hingga 1741. Ada dua buah jembatan sepanjang 20 meter harus dilalui sebelum kita masuk ke pintu utama bangunan melingkar tersebut.

Dedi Mulyadi, salah seorang warga yang direkrut untuk menjadi petugas pengantar pelancong mengatakan, pada sisi sebelah selatan saat terdapat tiga buah makam yaitu Gubernur Jendral Inggris Thomas Parr, istrinya Francess Parr dan asisten setianya Carles Murray.

Mereka dimakamkan berdampingan setelah dibunuh dalam satu serangan mendadak di kediamannya pada 23 Desember 1807. Parr tewas dalam serangan warga sipil di kediamannya Mount Felix yang saat ini digunakan sebagai kediaman resmi gubernur Bengkulu dan berganti nama menjadi Balai Raya Semarak Bengkulu.

Kemarahan warga itu merupakan wujud protes terhadap kebijakannya menaikkan pajak hasil bumi dan sangat berpihak kepada koloni.

"Untuk mengenang kematian Thomas Parr pemerintah Inggris membangun monumen di seberang benteng yang saat ini dikenal dengan nama tugu bulek," ujar Dedi di Bengkulu, Rabu, 5 April 2017.

Ruang Interogasi Sukarno

Jelajah Kekuatan Pertahanan Koloni Inggris Di Fort Marborough
Jajaran meriam yang diarahkan ke Samudra Hindia dapat kita lihat di dalam kawasan Benteng Marlborough (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Masuk ke areal utama benteng, kita bisa melihat ruang tahanan berjeruji yang berjejer panjang. Berbagai fungsi ruangan terlihat dari papan nama di masing-masing bilik.

Salah satunya adalah ruang interogasi Presiden Sukarno saat diasingkan di Bengkulu pada 1938 hingga 1942. Tepat di sebelahnya terdapat beberapa ruang tahanan, barak militer dan gudang peluru.

Semua dinding dibuat sangat tebal dan berlapis. Tanda bahwa Fort Marlborough sebagai bangunan pertahanan militer terlihat dari jajaran meriam di lapangan dan tiap sudut Benteng yang semuanya menghadap ke barat tepatnya ke arah laut atau Samudra Hindia.

Selain menjadi simbol kekuatan militer Fort Marlborough jjuga memiliki sejarah panjang terhadap perdagangan rempah rempah (Liputan6.com/Yuliardi HArdjo)

Satu meriam besar terlihat berbeda karena diarahkan ke arah utara. Di sana terdapat satu bukit yang disebut Tapak Paderi.

Bukit itu menutup pandangan dan dijadikan lokasi pendaratan kapal yang membawa pasukan Paderi dari Sumatra Barat saat merapat ke Bengkulu untuk membantu perjuangan rakyat Bengkulu untuk berperang.

"Selain kokoh dan strategis, Benteng Marlborough juga menjadi simbol kekuatan militer Inggris di Asia Tenggara," kata Dedi Mulyadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya