Liputan6.com, Bengkulu - Ketika mendengar nama Bengkulu, tentu saja fikiran kita langsung mengarah kepada Bunga Rafflesia Arnoldi. Yup, puspa langka itu memang berasal dari sini. Penemunya adalah seorang Gubernur Jenderal Inggris bernama Sir Thomas Stamford Raffles.
Bengkulu yang berada di sebelah barat Pulau Sumatra hanya memerlukan waktu tempuh penerbangan 50 menit saja dari Jakarta. Daerah ini ternyata memiliki udara yang sejuk di pagi hari. Selain masih banyak terdapat pepohonan hijau, daerah ini juga menyimpan sejarah panjang pendudukan koloni Inggris.
Advertisement
Baca Juga
Sambil menghirup segarnya udara pagi, yuk kita jelajah 6 situs sejarah peninggalan koloni Inggris saat menguasai wilayah yang juga pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno, sang Proklamator.
Benteng Marlborough
Benteng Marlborough atau Fort Marlborough merupakan benteng peninggalan Inggris yang didirikan oleh East India Company (EIC) tahun 1713-1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan Inggris. Konon, benteng ini merupakan benteng terkuat Inggris di wilayah Timur setelah benteng St George di Madras, India.
Benteng ini didirikan di atas bukit buatan, menghadap ke arah kota Bengkulu dan memunggungi samudera Hindia. Benteng yang jika dilihat dari udara berbentuk seperti kura kura ini juga memiliki sel yang pernah dijadikan ruangan untuk menahan Bung Karno.
Fort Marlborough masih berfungsi sebagai benteng pertahanan hingga masa Hindia Belanda tahun 1825-1942, Jepang tahun 1942-1945, dan pada perang kemerdekaan Indonesia.
Sejak Jepang kalah hingga tahun 1948, benteng itu manjadi markas Polri. Namun, pada tahun 1949-1950, benteng Marlborough diduduki kembali oleh Belanda. Setelah Belanda pergi tahun 1950, benteng Marlborough menjadi markas TNI-AD. Hingga tahun 1977, benteng ini diserahkan kepada Depdikbud untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya.
Tugu Bulat
Tugu Bulat
Disebelah selatan Benteng Marlborough terdapat monumen yang oleh warga Bengkulu disebut sebagai Tugu Bulek (tugu bulat). Monumen ini dibangun oleh salah satu Perusahaan Hindia Timur Britania sebagai peringatan atas terbunuhnya Thomas Parr oleh sekelompok orang di malam hari, dalam suatu serangan mendadak di gedung kediamannya "Mount Felix" yang sekarang dijadikan rumah dinas Gubernur Bengkulu.
Advertisement
Gereja Paroki Santo Yohanes
Gereja Paroki Santo Yohanes
Pendudukan Inggris di Bengkulu diikuti oleh penyebaran agama Nasrani. Pada 24 Juni 1685, Inggris menjejakkan kakinya di Bengkulu, ada 3 orang utusan Inggris yaitu Ralp Ord, Benyamin Bloome, dan Joshua Charlton tiba di Bengkulu untuk menjalin hubungan dagang.
Bengkulu menjadi daerah yang ramai, banyak orang-orang Eropa yang datang dan menetap di Bengkulu. Dari mereka, ada pula yang beragama katolik. Penguasa East Indie Company atau Serikat dagang Inggris di Madras meminta para misionaris dari Ordo Theatin untuk melayani kehidupan rohani para tentara, dan masyarakat Eropa katolik di Benteng York.
Pemimpin ordo Theatin mengirim Pastor Martelli yang tiba di Bengkulu pada Desember 1702, dan tinggal di Benteng York. Dalam suratnya 28 Januari 1703, Pastor Martelli melaporkan, jumlah umat Katolik di Bengkulu mencapai 300 orang. Paroki yang berada di sisi selatan kediaman resmi Gubernur Jenderal Inggris di Bengkulu tersebut masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Alun-Alun Mount Felix
Alun-Alun Mount Felix
Alun-alun ini berada di depan Rumah dinas Gubernur Jenderal Inggris atau biasa disebut Mount Felix. Saat ini, di lapangan seluas lebih dari 4 Hektar itu, dibangun satu menara pemantau Tsunami atau biasa disebut View Tower.
Pada masa kemerdekaan, warga pribumi menyebutnya sebagai lapangan merdeka. Setiap tahun alun-alun ini dijadikan lokasi pasar rakyat dan tempat pelaksanaan Festival Tabot Muharram.
Seiring waktu, masyarakat sekitar saat ini lebih terbiasa menyebutnya dengan nama Tanah Lapang yang artinya tanah yang luas.
Advertisement
Makam Inggris
Makam Inggris
Seiring pendudukan Inggris di Bengkulu, banyak yang menghembuskan nafas terakhir di kota itu. Pemerintahan kolonial membuat sebuah komplek makam bagi mereka yang meninggal di Bengkulu.
Tidak kurang dari 100 kuburan ada di makam yang terdapat di Kelurahan Jitra tersebut, baik itu yang memiliki tanda nama maupun sudah tidak memiliki identitas makam lagi.
Di lokasi ini juga disemayamkan 4 dari 5 orang anak Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffless yang bisa diidentifikasi. Pemimpin pasukan Inggris yang juga disemayamkan di sini tercatat atas nama Mc Doughlas dan Stokeham Donston Esquire, seorang pejabat East India Company yang wafat 2 April 1775.
Kediaman Gubernur Jenderal Inggris
Kediaman Gubernur Jenderal Inggris
Satu bangunan megah berdiri menghadap ke barat tepat berada di antara situs peninggalan koloni Inggris di Bengkulu yang berfungsi sebagai tempat kediaman resmi gubernur jenderal Inggris. Bangunan yang dulu disebut dengan nama Mount Felix tersebut. Saat ini dijadikan rumah dinas Gubernur Bengkulu dan berganti nama menjadi Balai Raya Semarak Bengkulu.
Puluhan rusa menjadi pemandangan tersendiri di halaman Balai Raya ini. Pada pagi hari biasa dimanfaatkan sebagai tempat tamasya dan pengunjung bebas memberikan makanan, serta berinteraksi dengan rusa yang sangat jinak.
Advertisement