Suara Indah Mbah Fanani Baca Alquran Dirindukan Warga

Suara indah Mbah Fanani muda saat baca Alquran selalu terdengar setiap sore.

oleh Panji Prayitno diperbarui 24 Mei 2017, 17:04 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2017, 17:04 WIB
Kisah Mbah Fanani, Petapa Cirebon Minta Pulang dari Dieng
Mbah Fanani (tengah) adalah warga Cirebon yang bertapa 20 tahun di Dieng, Wonosobo, Jateng, sempat menghebohkan warga karena diduga hilang. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Sosok Mbah Fanani menarik untuk ditelisik. Sebelum dikenal sebagai petapa di kawasan Dieng, anak pejuang kemerdekaan berusia 107 tahun itu ternyata dikenal memiliki pengetahuan keislaman yang dalam. Suara indahnya saat membaca Alquran bahkan membius warga.

Suatu waktu, warga mendengar suara indah seseorang yang sedang membaca ayat suci Alquran dilanjutkan dengan selawat. Setelah warga mencari tahu, suara itu ternyata milik Mbah Fanani muda yang sedang berjalan-jalan menikmati suasana sore.

"Di perkampungan kami waktu itu, tidak ada satu pun teknologi masuk ke sini. Suara Mbah Fanani merdu dan keras seperti orang mengaji pakai speaker gitu, Mas," ujar Bambang, salah seorang kerabat Mbah Fanani, kepada Liputan6.com, Selasa, 23 Mei 2017.

Mbah Fanani muda memang dikenal rajin beribadah dan mengaji. Warga semakin terbiasa dengan kebiasaan Mbah Fanani membaca Alquran. Suaranya kini bahkan selalu dirindukan warga sejak Mbah Fanani memutuskan bertapa.

Bambang mengatakan, Mbah Fanani terlahir dari keluarga santri. Keluarga Mbah Fanani, kata dia, menjadi pengasuh Pondok Pesantren Tugu Dalem Kota Cirebon. Hingga saat ini, warga kawasan Argasunya bahkan lebih mendengarkan perkataan kiai.

"Kalau keluarga Mbah Fanani banyak di Argasunya, Mas. Hampir semua kepala keluarga tahu siapa Mbah Fanani," ujar dia.

Kendati demikian, kata Bambang, kepergian Mbah Fanani untuk bertapa tidak banyak diketahui warga sekitar, termasuk di internal keluarganya sendiri. Saat hendak bertapa, kata dia, ia hanya bilang ada keperluan.

Setelah pamit, tak ada kabar lagi dari Mbah Fanani. Beberapa hari kemudian, keluarga menemukannya sedang bertapa di Cilamaya, Karawang.

"Istri si Mbah yang khawatir dapat kabar melalui mimpi. Itu pun Mbah Fanani cuma bilang titip keluarga jagain anak," kata Bambang.

Di Cilamaya, warga sekitar menjulukinya Mbah Jengki. Ki Ma'dun, ponakan Mbah Fanani, mengaku tak mengetahui alasan Mbah Fanani dijuluki Mbah Jengki.

Beragam keanehan mengiringi setelah Mbah Fanani bertapa. Seorang tukang sapu meyakini Mbah Fanani pernah muncul di Mekah.

"Pernah ada tukang sapu di Mekah ya orang Cirebon juga, mengaku ke saya pernah berjumpa dengan Mbah Fanani. Saya kaget kapan si mbah ke Mekah, justru keluarga lagi nyari keberadaannya," ujar dia.

Selama bertapa, Mbah Fanani juga kerap datang dan berinteraksi dengan sang anak, Nyai Mariam. Pertemuan Mbah Fanani dengan Nyai Mariam tersebut tanpa diketahui keluarga maupun yang lain.

"Ditemui lewat mimpi si saya pernah diceritakan kalau Mbah dan anaknya suka ketemu dan ngobrol. Kontak batinnya kuat sekali," ujar Kiai Ma'dun.

Mbah Fanani, kata dia, kerap hadir dalam setiap acara keluarga maupun di kampung halamannya tanpa orang lain ketahui.

"Pernah waktu itu saya ikut antar ponakan ke ponpes di Jateng. Di ponpes, kok, saya lihat ada anggota keluarga yang ngomong sendiri. Pas saya tanya dia jawab itu ada Mbah," kata Kiai Ma'dun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya