Jangan Datang ke Candi Belahan Sumber Tetek Saat Haid

Candi Belahan Sumber Tetek dibangun oleh Raja Airlangga yang merupakan putra Raja Bali Udhayana pada 1009 Masehi.

oleh Harun Mahbub Dhimas Prasaja diperbarui 29 Jul 2017, 03:03 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2017, 03:03 WIB
Jangan Datang ke Candi Belahan Sumber Tetek Saat Haid
Candi Belahan Sumber Tetek dibangun oleh Raja Airlangga yang merupakan putra Raja Bali, Udhayana, pda 1009 Masehi. (Liputan6.com/Dhimas Prasaja)

Liputan6.com, Pasuruan - Candi Belahan Sumber Tetek yang terletak di Desa Belahan, Wonosunyo, Gempol, Pasuruan, Jawa Timur merupakan peninggalan Raja Airlangga dari abad 11. Candi itu menyimpan mitos besar.

Berdasarkan catatan sejarah, Candi Belahan atau Candi Sumber Tetek dibangun oleh Raja Airlangga pada pada 1009 Masehi atau pada masa Kerajaan Kahuripan.

Juru kunci candi, Astono, mengatakan candi itu dibangun oleh Airlangga, anak dari Raja Bali, Udhayana, yang menikah dengan Putri Guna Priya Dharma dari Jawa.

"Dari pernikahan itu, Raja Udhayana membuat kolam yang dinamakan Pertirtaan Jolotundo pada masa Kerajaan Majapahit. Letaknya ada di Desa Seloliman, Trawas, Mojokerto, yang posisinya ada di lereng Gunung Bekal yang juga puncak Gunung Penanggungan," kata Astono, Selasa, 25 Juli 2017.

Pemandian Jolotundo merupakan cikal bakal adanya Candi Belahan yang dibangun untuk menyambut kelahiran Airlangga pada 997 Masehi. Hal itu berdasarkan prasasti yang terdapat di sekitar situs.

Prasasti yang kini disimpan Museum Trowulan, Mojokerto juga mencatat bahwa Candi Belahan Sumber Tetek dibangun pada masa Kerajaan Kahuripan. Terdapat kolam di sekitar candi yang kedalamannya hanya sekitar 30 cm.

"Kalau ditarik garisnya ke utara dari sini ke kanan naik itu bisa sampai ke Pertirtaan Jolotundo. Masih ada banyak sebenarnya di lereng sana peninggalan Kerajaan Airlangga. Dan ini dulu ke utara ada pintu masuknya," tutur Astono.

Candi Belahan Sumber Tetek dibangun oleh Raja Airlangga yang merupakan putra Raja Bali, Udhayana, pda 1009 Masehi. (Liputan6.com/Dhimas Prasaja)

Seiring berjalannya waktu, warga setempat menyebutnya Candi Belahan. Tapi, ada juga yang menyebutnya Candi Sumber Tetek.

"Karena sumber air yang keluar itu dari payudara Dewi Laksmi menuju kolam di Candi Belahan ini. Tetek sendiri merupakan Bahasa Jawa yang artinya puting payudara," kata Aliyas, juru kunci candi lainnya.

Bahkan, sebagian ada yang menyebut Candi Gambar. "Kenapa warga menyebut Candi Gambar, karena menurut warga hanya ada di sini, satu-satunya patung Dewi Laksmi dan Dewi Sri tersebut di dinding batu bata merah," tuturnya

Sebagai juru kunci, Aliyas melarang perempuan yang sedang datang bulan atau haid berkunjung ke Candi Belahan Sumber Tetek. Jika larangan itu dilanggar, ada akibat yang harus ditanggung perempuan tersebut.

Hal itu pernah terjadi saat satu keluarga datang berkunjung ke candi. Aliyas menuturkan, saat itu seorang gadis perempuan masuk ke kolam tersebut dalam keadaan datang bulan. Tiba-tiba, ia kerasukan suara perempuan.

"Suara itu berteriak besar dan mengerang, apalagi saat itu, kata keluarganya, dia mau menikah satu minggu lagi saat itu," kata Aliyas.

Mitos itu tak menghentikan kedatangan pengunjung. Pengunjung candi justru makin ramai saat Kamis malam Jumat Legi (dalam penanggalan Jawa) dan Malam 1 Suro.

"Pengunjung membakar dupa dan ada yang beredam untuk melakukan ritual menghadap ke lingga dan dua patung dewi itu," kata pria berusia 63 tahun itu.

 

Saksikan video menarik di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya